Friday, 4 March 2016

AGRIBISNIS SAPI PERAH



LAPORAN PRAKERIN
SAPI PERAH
UPT PT dan HMT KARANGWARU TUBAN



OLEH : SYIRA ZULKAHFI
2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Praktek Kerja Industri
Awalnya yang gemar minum susu adalah orang asing saja seperti orang Belanda, Arab dan India karena mereka lebih awal tahu akan manfaat susu kambing dan sapi. Dengan adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu yang sangat penting untuk pertumbuhan maka usaha peternakan sapi perah berkembang sangat pesat. Selain itu sapi perah telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha pemeliharaan sapi perah yang ada di indonesia hanya diusahakan didaerah-daerah yang beriklim dingin saja, hal ini dikarenakan ternak sapi perah hanya cocok dengan iklim dingin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran sapi perah di Indonesia yaitu temperatur, daerah konsumen dan komunikasi. Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu juga berkaitan erat dengan pertanian karena ternak sapi perah menghasilkan kotoran atau limbah yang dapat dimanfaatkan dan dikelolah sebagai pupuk kompos.
Adapun beberapa faktor yang menghambat usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah modal, iklim, tenaga kerja dan marketing. Sesuai dengan pernyataan dari Dirjen Peternakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu, Indonesia masih harus mengimport dari luar negri sebanyak 80% sedangkan produksi dalam negri hanya mencapai 20%.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka telah banyak industri-industri sapi perah, untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maka dalam setiap usaha peternakan sapi perah harus memperhatikan manajemen pemeliharaannya yang meliputi: 1) Perkandangan, 2) Pembibitan, 3) Pakan, 4) Pengendalaian Penyakit, 5) Recording, 6) Pemanenan, 7) Penanganan Limbah.
Agar usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik maka manajemen pemeliharaannya harus diperhatikan karena saling berkaitan satu dengan yang lain karena akan menentukan tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi perah.












1.2 Tujuan Praktek Kerja Usaha
Tujuan dari praktek kerja indusri (PRAKERIN) ini adalah untuk :
a. Menambah pengetahuan mengenai usaha peternakan dibidang sapi perah
b. Mengetahui dan belajar menganalisa akan peluang peternakan sapi perah
c. memanfaatan lahan dan limbah ternak
d. Mengetahui dan faktor yang menjadi pendorong dan penghambat jalannya suatu peternakan
e. Mengetahui cara pemerahan yang baik
f. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah
g. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha pemeliharaan sapi perah
h. Terjun langsung dalam setiap kegiatan pemeliharaan sapi perah
i. Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
j. Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran praktek kerja industry (PRAKERIN)

1.3    Tujuan Penulis Laporan
Hasil praktek kerja industry (PRAKERIN) ini bertujuan untuk  :
1. Agar Siswa mendapat pengalaman langsung serta dapat belajar mengenai tata laksana manajemen sapi perah
2. Dapat melatih siswa agar dapat melakukan praktek usaha sendiri
3. Menambah keterampilan bagi siswa
4. Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
5. Untuk diterapkan didalam dunia kerja









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI
2.1. Bibit
Macam-macam Sapi perah yang sering dijumpai di Indonesia :
a.       FH (Friesh Holland)
Sapi Friesh Holland sering kali dikenal dengan nama FH.
Asal : Dari Negara Belanda
Ciri-cirinya :
- Warna  belang hitam putih
- Pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga
- Kaki bagian bawah dan bulu ekornya bewarna putih
- Tanduknya pendek dan menjurus kedepan
- Sifat-sifatnya : tenang dan jinak. Tidak tahan panas, tetapi lebih mudah dikuasai
- Lambat dewasa
 (Sumber : Akoso, T. B. Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta, 1980)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah  adalah:
a.  produksi susu tinggi
b. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak
c.  berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi
d. bentuk tubuhnya seperti baji
e. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat
f. ambing cukup besar, kulit halus, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris  dan tidak terlalu pendek
g. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular
h. tiap tahun beranak


2.2. Pakan & Air minum
- Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.
Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat
kakinya.
Pemberian Air Minum
Air merupakan zat yang penting bagi kehidupan, dan diperlukan oleh setiap makluk hidup. Dalam sebuah usaha peternakan, air merupakan unsur yang penting, salah satunya digunakan sebagai air minum untuk ternak. Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang bersih dan segar, dan air minum disediakan ad libitum. Pengisian air dilakukan secara manual oleh petugas kandang. Menurut Wattiaux (2003), pemberian air bersih yang segar harus tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari bahan kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang, dilengkapi dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam dump tank agar selalu dalam keadaan penuh.




2.3. Perkandangan
1. Syarat-starat yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang:
a. Ventilasi
Ventilasi adalah jalan keluar masuknya udara yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantikan dengan udara segar yang berasal dari luar.
b. Sinar Matahari
Sinar matahari berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
c. Kebersihan
Kandang yang selalu bersih dan kering akan menjamin kebersihan sapi dan akan mempengaruhi mutu susu yang diperah.
d. Konstruksi Kandang
Konstruksi kandang dibuat sedemikian rupa sehingga semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan praktis.
e. Keamanan Hewan
Untuk kandang sapi betina harus dibuat lebih kuat untuk mengurangi bahaya dari sapi pejantan. Ukuran kandang untuk satu ekor sapi adalah 2,25 x 1,25 m2.
2. Macam-Macam kandang berdasarkan peruntukannya
a. Kandang Pedet 0 – 4 bulan
Pedet yang berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau penghalang antar kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan dapat saling mngisap dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari bahan bambu atau kayu berukuran 95 x 150 x 130 cm.
2. Kandang Pedet Lepas Sapih (4 – 8 bulan)
Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih yang berusia 4 – 8 bulan berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan. Karenanya tempat pakan, tempat minum dan tempat berteduh dibuat terpisah.
3. Kandang Sapi Dara (8 bulan – 2 tahun)
Kandang
sapi dara dapat dibuat dengan sistem koloni agar memudahkan pengontrolan saat birahi. Namun jika kandang khusus sapi dara ini tidak ada, sapi dara dapat ditempatkan pada kandang sapi dewasa.
4. Kandang Sapi Dewasa atau Masa Produksi (lebih dari 2 tahun dan laktasi)
Sapi yang telah berproduksi dikelompokkan dalam satu kandang. Pangelompokkan ini sebaiknya berdasarkan tingkat produksi susu sehingga sapi yang berproduksi tinggi tidak bercampur dengan sapi yang produksinya rendah. Dengan pengelompokkan seperti ini manajemen atau tatalaksana pemberian pakan dapat dilakukan secara optimal.
Kandang sapi dewasa biasanya dibuat satu jajar dengan jumlah genap, karena satu bak air disediakan untuk 2 ekor
sapi. Kandang per ekor sapi adalah panjangnya 180 – 200 cm, lebar 135 – 140 cm, lebar saluran kotoran 30 – 40 cm dan lebar tempat pakan 80 – 100 cm.
5. Kandang Sapi Kering Kandang
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan karena sapi yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan persipan melahirkan untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini
sapi tidak di perah susunya selama sekitar 2 bulan. Dengan demikian pakan yang dimakan hanya untuk kebutuhan anak yang berada dalam kandungan dan kebutuhan hidup dalam mempersiapkan kelahiran.

2.4. Kesehatan Hewan
a. Radang Kelenjar Ambing / Mastitis
Penyebab : Bakteri Streptococcus
Gejala Spesifik :
-          Adanya peradangan pada saluran kelenjarkelenjar susu.
-          Perubahan fisik dan kimiawi dari air susu.
Pencegahan/Pengobatan :
-          Karena penularan penyakit ini melalui puting susu, maka untuk mencegah timbulnya penyakit ini harus diperhatikan cara pemerahan sapi, sebelum dierah sapi di bersihkan dulu dan cara memerahnya harus betul-betul higinis.
-          Hindarkan kemungkinan adanya hal-hal yang dapat menyebabkan luka pada ambing atau puting susu baik melaui cara pemerahan maupun adanya lantai kandang yang dapat menyebabkan luka.
-          Jagalah kebersihan kandang dan alat-alat untuk pemerahan susu.
b. Milk Fever (Demam susu)
                Milk Fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun dekat sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini menimpa sapi yang sedang berproduksi.
Penyebab : Kekurangan Ca yang akut.
Gejala :
-          Kaki belakang nampak lemah, sulit digerakkan, nafsu makan hilang.
-          Sapi menjadi lumpuh.
-          Tak bisa menelan, dan ludah keluar dari mulut.
-          Bola mata setengah tertutup.
-          Sapi nampak seperti tidur nyenyak.
Pencegahan/Pengobatan :
-          Sapi harus cukup mendapatkan kandungan Ca, P, Mg, dala ransumnya.
-          Pengobatan dengan injeksi preparat-preparat Ca secara intravenous (500 cc, dengan larutan calsium gluconate 20%).
d. Bloat (Kembung)
Penyebab : Gangguan pencernaan, karena gas didalam perut tertimbun tak bisa keluar.
Gejala :
-          Lambung (abdomen) pada sisi kiri bagian atas membesar.
-          Bagian perut yang membesar tadi menjadi sangat kencang. Dan apabila bagianini dipukul dengan jari akan berbunyi seperti drum.
-          Hewan yang menderita sering terhuyung-huyung atau sebentar-sebentar berbaring dan berdiri.
Pencegahan/Pengobatan :
-          Jangan memberikan jenis makanan yang banyak leguminose yang masih basah akibat embun pagi atau air hujan.
-          Memberikan makanan dengan jerami kering terlebih dahulu kepada hewan yang lapar.
-          Jika hewan (sapi) menderita bloat, gas harus segera dikeluarkan, misalnya dengan memasukkan selang (pipa) melalui mulut.
-          Pengobatan bisa digunakan:
*Anti biotik (penicilin) guna membasmi bakteri yang menghasilkan gas.

e. Mencret/Diare
Mencret atau diare pada sapi merupakan istilah yang menunjukan atau menggambarkan kondisi sapi yang mengeluarkan kotoran/ feses dengan dengan ferekuensi  yang sering dan berbentuk agak lembek bahkan cenderung  cair.
Penyebab :
1.       Faktor fisiologis : berupa perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan.
Gejala :
Sapi yang menderita mencret/ diare akibat  faktor fisologis biasanya menunjukan gejala mencret namun tidak disertai adanya darah, lendir, bau busuk, cacing dan ketidak normalan lainnya. Selain itu, sapi masih terlihat sehat dan masih menunjukan nafsu makan yang baik
Pengobatan :
Mencret/diare akibat faktor fisologis tersebut tentunya terjadi saat kondisi tubuh sedang menurun yang umumnya disebabkan oleh stress akibat perubahan lingkungan. untuk mencegah stress tersebut dapat dilakukan dengan memberikan lingkunyan yang nyaman, makanan yang cukup serta bernilai gizi tinggi dan tambahan multivitamin seperti VITERPAN yang selain berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh juga berfungsi sebagai vitamin untuk penggemukan ternak.
2.5. Pemerahan
Teknik pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) dan dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi, 1996).
a. Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
1.       Metode full hand (seluruh jari)
Pemerahan dengan menggunakan seluruh jari biasanya dilakukan pada sapi yang mempunyai ambing dan puting yang panjang dan besar. Pemerahan dilakukan dengan cara puting dipegang antara ibu jari dengan jari telunjuk pada pangkal puting menekan dan meremas pada bagian atas, sedangkan ketiga jari yang lain menekan dan meremas bagian tubuh puting secara berurutan, hingga air susu memancar keluar dan dilakukan sampai air susu dalam ambing habis (Abubakar, et. al., 2009).
2.       Metode  knevelen
Cara pemerahan knevelen adalah pemerahan dengan menggunakan seluruh tangan. Cara ini mirip dengan cara full hand, tetapi ibu jari ditekuk saat menekan bagian atas puting, sehingga bagian punggung ibu jari yang menekan puting. Cara ini juga digunakan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil. Semua cara pemerahan dengan tangan, pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009)
3.       Metode strippen
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
b. Pemerahan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan.

2.6. Pemeliharaan
A. Penanganan Kelahiran
Dalam kondisi normal proses kelahiran pedet terbagi kedalam beberapa tahap atau fase, yaitu :
1. Fase pertama : sapi gelisah, vulva kendor, vulva mengeluarkan lendir, sapi merejan,
amnion terlihat dan amnion pecah.
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
terlihat
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.
B. Pemeliharaan Induk Bunting
a.Makanan mengandung Ca dan P yang cukup untuk pertumbuhan janin serta dengan SK minimum 13 %.
b.Keadaan fisik
c.Exsercise dengan jalan-jalan atau padang gembala.
d.Makanan penguat menjelang induk beranak
e.Pemerahan harus dihentikan 1½ - 2 bulan setelah melahirkan (sapi kering)
C. Pemeliharaan Pedet (lahir – 8 bulan)
a.Pedet sesudah lahir
-Membersihkan lendir yang ada pada mulut dan seluruh tubuh
-Memotong tali pusar, dipotong ± 10 cm dan diolesi mercurochrom atau yodium, sulfa powder, anti biotik untuk mencegah infeksi.
-Diusahakan pedet memperoleh colustrum pada induknya apabila induk mati bisa diberikan colustrum buatan. Colustrum ialah produksi susu 5-7 hari pertama pada ternak yang baru melahirkan.
b.Pedet Lepas Sapih
-Pemberian susu pada pedet sampai berumur 2½ - 3 bulan setelah itu pedet disapih.
-Dehorning (pemotongan tanduk)
c.Penjagaan kesehatan
D.Pemeliharaan Sapi Dara (Heifer) 9 bulan – beranak pertama
-Pemberian ransum pada sapi perah dara harus selalu diawasi agar jangan sampai kegemukan atau mengalami  yang terlambat
-Pembesaran dara untuk dijadikan induk
-Sapi dara dikawinkan umur 14 – 17 bulan sehingga diharapkan dapat beranak dan memproduksi susu pada umur 23 – 26 bulan. Lama bunting sapi rata-rata 280 hari. Sapi dewasa yang baru beranak dikawinkan kembali sesudah 60-90 hari agar jaringan alat reproduksi yang rusak akibat melahirkan telah pulih kembali.
E.Pemeliharaan sapi dewasa
a.Pemeliharaan badan :
Tujuan dari pemeliharaan badan adalah menjaga kesehatan sapi, menjaga produksi susu tetap stabil dan menghindarkan pengotoran susu dari bulu-bulu yang rontok.
b.Pemeliharaan kuku
Kuku yang tidak dipelihara dapat berakibat :
-Mudah kena penyakit kuku
-Sapi menjadi pincang
F. Sanitasi dan Tindakan Preventif                            
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
G. Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet
ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran
berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
2.7. Reproduksi
A.      Birahi
1.       Masa Birahi dan tanda-tanda birahi
Masa birahi sapi berlangsung selama 18jam. Sapi dara umumnya mengalami masa birahi lebih pendek dari pada sapi dewasa. Periode masa birahi ini akan berulang setiap 21 hari sekali.
                Tanda-tanda birahi :
a.       Nampak gelisah, sering mengeluarkan suara yang mengeluh-ngeluh
b.       Sering mengibas-ngibaskan ekornya
c.        Nafsu makan berkurang
d.       Sering menaiki atau suka menaiki temannya
e.       Seing vulva membengkak bewarna agak merah
f.         Dari vagina keluar cairan bewarna putih agak pekat, terkadang sedikit bercampur darah
g.       Produksi susu menurun
2.       Saat perkawinan yang tepat diwaktu birahi
Perkawinan ini bisa dilakukan sebagai berikut :
a.       Birahi nampak pada pagi hari, sore hari dikawinkan
b.       Birahi nampak pada sore hari, pagi hari dkawinkan
B.       Inseminasi Buatan
“Proses untuk memasukkan sperma kedalam kelamin betina dengan menggunakan alat dan dilaksanakan oleh manusia”
-          Manfaat IB
1.       Mempertinggi penggunaan pejantan
2.       Ekonomis dalam pemeliharaan pejantan
3.       Meningkatkan dan memperbaiki mutu genetik
4.       Mencegah penularan penyakit veneris
5.       Memperpendek calving interval
6.       Dapat digunakan untuk crossing
7.       Dapat digunakan experimen
-          Kekurangan IB
1.       Petugas yang kurang ahli
2.       Kurangnya pengetahuan tentang birahi
3.       Dapat menyebarkan abnormalitas genetik
4.       Bisa terjadinya in breding
-          Peralatan IB
1.       Container, dilengkapi dengan : a. Canester dan, b. Goblet
2.       Insemination gun
3.       Plastik sit
4.       Plastik glove
5.       Pinset
6.       Timba/ember
7.       Gunting
8.       Handuk kecil
-          Pelaksanaan IB
1.       Tempatkan sapi betina yang akan di IB pada kandang kawin
2.       Amati keadaan birahi
3.       Apabila benar birahi, siapkan peralatan IB
4.       Pasang plastik glove pada tangan kiri dan masukkan pada rectum untuk mencari posisi servix
5.       Kalau posisi servix sudah dapat, maka masukkan gun yang sudah siap menggunakkan tangan kanan melalui vulva,
6.       Setelah gun mencapai dalam servix, tuangkan sperma di posisi IV
7.       Kemudian tarik keluar gun dan bersihkan kembali alat tersebut
(Sumber : Aminul Wahib, Reproduksi ternak, Lamongan 2001 )
C.      Penanganan Kelahiran
Dalam kondisi normal proses kelahiran pedet terbagi kedalam beberapa tahap atau fase, yaitu :
1. Fase pertama : sapi gelisah, vulva kendor, vulva mengeluarkan lendir, sapi merejan,
amnion terlihat dan amnion pecah.
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
terlihat
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.




















BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA USAHA (PKU)
3.1.  Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Usaha (PKU)
        Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dilaksanakan pada tanggal 12 Maret – 2  Mei 2013 yang berlokasi di UPT PT dan HMT Karangwaru – Tuban.
3.2.  Kegiatan yang Di Laksanakan
1.       Mempersiapkan Kandang dan Peralatan
a)       Membersihkan Kandang Ternak Sapi Perah
Ø  Membersihkan Lantai Kandang
·         Membersihkan Lantai Kandang Laktasi
Dalam Membesihkan Lantai Kandang Laktasi, yaitu dengan membuang kotoran ke saluran pembuangan limbah dengan menggunakan garuk, kemudian lantai kandang di siram dengan menggunakan timba sampai bersih. Kegiatan ini di lakukan 4 kali sehari yaitu pada pukul : 02:30, 05:30, 11:00, dan 15:00
·         Membersihkan Lantai Kandang Umbaran (sapi Bunting)
Dalam membersihkan lantai kandang umbaran (sapi bunting), yaitu dengan mengumpulkan kotoran menggunakan garuk dan dimasukkan kedalam agro menggunakan skrop, kemudian kotoran di masukkan ke tempat penampungan biogas.
Ø  Membersihkan Tempat Pakan
Pertama-tama, sisa-sisa pakan di buang mengguinakan skrop dan agro, setelah itu tempat pakan di semprot air sampai bersih.
Ø  Membersihkan Tempat Minum
Pertama-tama, buka saluran pebuangan temapat minum, lalu sikat sampai bersih dan di semprot dengan air, kemudian dig anti dengan air minum yang baru.  
Ø  Membersihkan Lingkungan Sekitar Kandang
Membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar kandang dengan sabit dan sampah-sampah yang tidak berguna di kumpulkan dan di buang pada tempatnya.kegiatan ini biasanya dilakukan 2 hari se minggu (Selasa dan jum’at)
Ø  Mengumpulkan dan Menangani Kotoran Ternak
·         Kotoran langsung di buang pada saluran pembuangan kotoran untuk di alirkan ke lahan HMT.
·         Kotoran di manfaatkan untuk biogas.
·         Di jual (apabila ada yang pesan)



b)      Menyiapkan dan Merawat Peralatan Kandang Sapi Perah
Ø  Mengidentifikasi Peralatan Kandang
Garuk
Skrop
Mixer
Seleb
Dot
Desinfektan
Yodium
Coper
Tosa
Sapu lidi
Tali Tampar
Aquades
Agro
Timbangan
Mesin perah portebel
Kipas angin
Gunting
Alkohol
Timba
Toren
Milkcan
Sikat
Spuit
Karpet Kandang
Sabit
Sanyo
Vaselin
Panci
Tang Aplikatror
Plastik Glove
Cangkul
Selang
Dipping
Kompor
Saringan Susu
Blangsing
Ø  Menggunakan Peralatan Kandang
Di gunakan sesuai dengan prosedur dan kegunaannya.
Ø  Memilih Bahan Sanitasi
Bahan yangdi gunakan adalah Desinfektan dan Air Hangat
2.       Melaksanakan Penilaian Bibit Sapi Perah
a.    Menentukan Kriteria Bibit Sapi Perah yang Baik
Ø  Mengamati dan Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Tabel 1. Mengamati dan Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Bentuk Tubuh
Segitiga
Pertumbuhan Tubuh
Sesuai dengan Umur
Bentuk Kaki
Kuat, Kokoh, dan Simetris
Ambing
Besar, dan menggantung
Putting
Besar, Simetris, Tidak lebih dari 4.

3.       Merawat Ternak Sapi Perah
a.       Melakukan Perawatan sapi perah
Ø  Mengendalikan Ternak
·         Dengan cara memegang tali keluh dan kalung
·         Dengan cara meng elus-elus bagian sekitar rahang bawah
Ø  Membersihkan Ternak
Ternak di semprot dan di sikat sampai bersih
Ø  Menentukan Umur Ternak
·         Di lihat dari gigi
Bila Gigi Seri berganti 1 pasang, Ternak berumur 1 tahun
Bila Gigi Seri berganti 2pasang, Ternak berumur 1,5 - 2 tahun
Bila Gigi Seri berganti 3 pasang, Ternak berumur 2 - 2,5 tahun
Bila Gigi Seri berganti 4 pasang, Ternak berumur  3 - 3,5 tahun
Bila Gigi Seri aus, ternak berumur lebih dari 4 tahun
Bila sudah tua, gigi kecil-kecil (10 tahun ke atas)
Sumber : M.  Aminul Wahib,S.pt,MM tahun 2011
·         Di lihat dari cincin tanduk
Cincin tanduk pertama pada umur 2,5 tahun, dan kedua pada umur 3,5 tahun, serta ke 3 pada umur 4,5 tahun
Ø  Memberikan Tanda pada Ternak
·         Eartag :memberikan tanda pada telinga
·         Branding: memberikan tanda cap bakar pada bagian tubuh ternak (tato)
                Pemberian Mark  atau Penandaan
(Marking/Branding)
Pemberian Marka (marking/ branding) merupakan salah satu cara untuk melakukan identifikasi pada ternak yang dipelihara agar memudahkan pencatatan atau recording. Banyak cara dan pilihan untuk identifikasi tersebut, seperti pamasangan anting telinga, tattoo, foto dengan marka berwarna dan paling populer adalah pemberian cap atau  branding.
Alat yang dapat digunakan dalam penandaan, antara lain:
1.7.1. Electric tattoo
Electric tattoo adalah alat tattoo elektrik yang menggunakan listrik sebagai sumber arus.
1.7.2. Paint Stick
Paint Stick adalah alat penomoran yang berbentuk lipstick untuk menu liskan nomor atau tanda tertentu di bagian badan ternak, penandaan ini tidak permanen tetapi cukup tahan dan tidak mudah hilang oleh panas maupun hujan.
1.7.3. Ear Tag
Ear tag adalah sejenis anting bernomor yang biasanya dipasangkan pada daun kuping, terbuat dari bahan karet, plastik, atau alumunium. Pemasangannya dilakukan dengan bantuan alat yang disebut ear tag aplicator. Jenis-jenis aplikator antara lain:
Applicator tang, adalah alat untuk memasangkan ear tag pada kuping  ternak, bentuknya bermacammacam bergantung atas jenis ear tag tertentu.
Aplicator gun, adalah tang aplikator yang berbentuk pistol.

1.7.4. Rotary Tattoo
Rotary tattoo adalah alat penomoran atau pentatoan berbentuk tang dan memiliki nomor-nomor yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Outfit ta t t o o , a d a l a h  a l a t penomoran a t a u pentatoan berbentuk tang dengan nomor-nomor yang dapat dipasang dan dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan.
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
4.       Mengendalikan Penyakit Pada sapi Perah
a. Mengidentifikasi Sapi Perah Sehat dan Sakit
·         Mengukur Frekuensi Pernafasan
Dengan cara menggunakan punggung tangan di dekatkan pada hidung ternak,dan angka pernafasan normal pada sapi yaitu 10-30 kali/ / menit.
·         Mengukur Suhu Tubuh
Dengan cara memasukkan alat thermometer pada bagian dinding rectum.
·         Mengukur Denyut Nadi
Dngan cara menekan pada bagian :
ü  fascialis (daerah mendibula) 
ü  coccigealis (daerah pangkal ekor)
ü  denyut normal 70 – 80 kali / menit











·         Mebedakan Ternak Sehat dan Sakit
Tabel 2. Mebedakan Ternak Sehat dan Sakit
NO
Kategori
Sehat
Sakit
1
Pergerakan
Aktif dan Lincah
Kuran Aktif dan Lincah
2
Mata
Jernih
Pucat dan Sayu
3
Bulu
Halus dan Bersih
Kasar, Berdiri, dan Kusam
4
Nafsu Makan
Normal
Berkurang
5
Lendir Lubang Alami
Tidak ada
Ada
6
Suara Nafas
Halus, Teratur,dan Tidak Tersengal-sengal
Ngorok, Tidak Teratur,dan Tersengal-sengal
b. Melakukan Identifikasi Penyakit Sapi Perah
·         Mengidentifikasi Jenis Penyakit
Tabel 3. Mengidentifikasi Jenis Penyakit
NO
Penyebab
Jenis Penyakit
1
Bakteri
Mastitis, Diare
2
Viral / Virus
Brucellosis, Flu
3
Parasit
Cacingan, Abses
4
Fungi
Kembung
·         Mengidentifikasi Jenis Obat yang di Berikan
Colibact Injeksi
Gusanex
Fermo
Penicilin
PPC
Injectamin
Sthreptomicyn
Mastilax
PK
Antibiotik
Vaselin
Cloxalak
Thimpanol
Penstrep
Colibact Bolus

·         Menghitung Dosis Obat yang akan di Berikan
Sesuai dengan cara pemakaian yang tertera pada kemasan obat dan wadah / kardus






·         Memberikan / Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
Tabel 4. Memberikan / Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
NO
Jenis Obat
Aplikasi Pada Penyakit
1
Colibact Injeksi
Diare
2
Gusanex, Antibiotik, Penstrep, PPC + Shtreptomicyn + vaselin
Abses (Luka-Luka)
3
Penstrep, PPC + Shterptomicyn
Mastitis
4
Thimpanol
Kembung
5
Anibiotik + Vitamin
Flu
6
Fermo
Cacingan
c.       Melakukan tindakan pengobatan
·         Melakukan Injeksi IM
Suatu teknik atau cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian otot & daging
·         Melakukan Injeksi SC
Suatu teknik atau cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian antara kulit dan daging
·         Melakukan Injeksi Intra Mamae
Suatu teknik atau cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian puting
·         Melakukan Pengobatan Per Os
Suatu teknik atau cara pemberian obat yang di lakukan pada ternak melalui mulut atau biasanya di sertai air minum.
·         Intra Vena
Suatu teknik atau cara pemberian obat yang di lakukan secara injeksi pada ternak melalui vena pada ternak
Sumber : Imam Tohari,S.Pt, tahun : 2011                       
·         Membantu Tindakan Pengobatan
Dengan cara memasukkan Colibact Bolus pada bagian organ reproduksi sapi betina pada saat setelah melahirkan dengan tangan yang di lapisi plastic glove dengan tujuan agar memberi antibiotic pada organ reproduksi sapi betina
.
5.       Melaksanakan Pemberian Ransum
a.       Mengidentifikasi bahan pakan
·         menentukan jenis jenis bahan pakan
ü  Konsentrat 20 kg untuk 5 ekor sapi = 20: 4 = 5 kg/ekor
ü  Ampas Tahu 18 kg untuk 2 ekor sapi =- 18 : 2 = 9 kg/ekor
ü  Hijauan = 30 kg/ekor
·         menentukan kebutuhan nutrisi sapi perah
Tabel 5. Kebutuhan nutrisi sapi perah untuk produksi susu 20 kg per hari
Hidup Pokok
Berat Badan
(kg)
ME
K Kal
TDN
(kg)
Protein
(gr)
Ca
(gr)
P
(gr)



Produksi
1 kg Susu
350
10.760
2,85
341
14
11
400
11.900
3,15
373
15
13
450
12.990
3,44
403
17
14
500
14.060
3,72
432
18
15
Lemak (%)





2,5
990
0,260
72
2.4
1,65
3,0
1.070
0,282
77
2.5
1,70
3,5
1.160
0,340
82
2.6
1,75
4,0
1.240
0,326
87
2.7
1,80








Sumber : Feed and feeding, Arthur Cullision, 1987
b.       Menyunsun formulasi pakan
·         Menetukan kandungan bahan pakan yang akan di susun
NO
NAMA BAHAN
TOTAL RANSUM
PK
(%)
PKr (BK)
1
Dedak
300
8.7
4.63
2
Pollard
160
12.9
3.66
3
B.Kelapa
35
18.5
1.15
4
B.Kedelai
25
28
1.24
5
Jagung
35
9
0.56
6
Ampas Tahu
-
25.6
10.8
7
tetes
5
3.4
0.03
8
Mineral Mix
4
0
0.00
9
Konsentrat
-
21.2
87.9
10
Rumput gajah
-
10
29.7
Tabel 6. kandungan bahan pakan









Berdasarkan pada table 5 untuk Sapi Perah dengan bobot 400 kg dengan produksi susu 20kg/hari
Kebutuhan Protein = 373 gr
Kebutuhan ME = 11.9 M Kal
Kebutuhan TDN = 3.15
Pembuatan ransum Sapi Perah untu8k memiliki kebutuhan Protein berdasarkan metod  bujur sangkar (Pearson Square)
  Sapi Perah dengan berat 400 kg berproduksi susu 20 kg per hari. Sapi perah di beri pakan hijauan rumput Gajah 30 kg, Ampas Tahu 9 kg, dan Konsentrat 5 kg. Konsentrat kandungan Protein 21,2% dengan BK 87,9%, kandungan protein Rumput 10% dengan Bk 29,7%, sedangkan Ampas Tahu dengan Protein 25,6% dan Bk 10,8%.
Protein Rumput = 30 X 29,7 X 10 X 1kg= 0,891 kg = 891gr
                                          10.000
Protein Rumput = 9 X 10,8 X 25,6 X 1kg = 0,249 kg = 249 gr
                                           10.000         
SE = Pk dari dedak + Pollard + Jagung + Tetes
                                                  4
= 8,7 + 12,9 + 0,56 + 3,4 = 25,56 = 6,39
                         4                          4
SP =Pk dari B.Kelapa + B.Kedela
2
= 18,5 + 28 = 46,5 = 23,25
                                2             2
SE        6,33%                                                                   2,05 / 16,92 X 100%    = 12,11%
                                                          21,2%
SP       23,25%                                                                  14,87 / 16,92 X 100% = 87,89%
                                                                                           16,92
Dedak      =  = 4,1%       = 0,205kg
Pollard     =  = 6,1%        = 0,305 kg
Jagung     = = 0,3%         = 0,015 kg
Tetes        =  = 1,6%       = 0,08 kg
B.Kelapa  =   = 34,97%    = 1,75 kg
B.Kedelai  = = 52,93%      = 2,65 kg
                                                                                    5kg
Jadi, jumlah pemberian bahan pakan yang di berikan pada Sapi Perah dengan bobot badan 400kg dengan produksi susu 20kg adalah sebagai berikut:
ü  Rumput          = 30kg
ü  Ampas tahu   = 9kg
ü  Dedak            = 0,205kg
ü  Pollard           = 0,305 kg
ü  Jagung          = 0,015kg
ü  Tetes            = 0,08kg
ü  B.Kelapa      = 1,75kg
ü  B.Kedelai      = 2,65kg
·         Menentukan metode penyunsunan ransum yang akan di gunakan
Metode yang di gunakan dalam penyusunan ransum adalah metode PEARSON SQUARE ( Segi Empat Pearson)
c.       Mencampur pakan
·         Menentukan bahan pakan yang akan di susun
Tabel 7. Jenis-jenis bahan pakan
NO
NAMA BAHAN
TOTAL RANSUM
PK
(%)
PKr (BK)
HARGA/KG
1
Dedak
300
8.7
4.63
Rp 1550
2
Pollard
160
12.9
3.66
Rp 2650
3
B.Kelapa
35
18.5
1.15
Rp 2200
4
B.Kedelai
25
28
1.24
Rp 8500
5
Jagung
35
9
0.56
Rp 3000
6
Ampas Tahu
-
25.6
10.8
Rp 800
7
tetes
5
3.4
0.03
Rp 3750
8
Mineral Mix
4
0
0.00
Rp 4800
9
Konsentrat
-
21.2
87.9
Rp2400
10
Rumput gajah
-
10
29.7
Rp 4500

·         Menentukan metode penyusunan ransum yang akan di –gunakan
Metode yang di gunakan dalam penyusunan ransum adalah metode PEARSON SQUARE ( Segi Empat Pearson). Metode Pearso Square merupakan metode yang sering di gunakan untuk menyusun pakan, karena lebih sederhana dan mudah.




·         Menimbanag bahan pakan yang akan di gunakan
Tabel 8. Jenis-jenis bahan pakan
BAHAN
BERAT (kg)
Harga
Dedak
300 kg
Rp 1.200 – Rp 1.400@ kg
Pollard
150 kg
Rp 133.000 – Rp 155.000@ 50 kg
Bungkil kelapa
50 kg
Rp 2.300 – Rp 2.500@ kg
Jagung
40 kg
Rp 2.800 – Rp 3.000@ kg
Bungkil Kedelai
35 kg
Rp 6.850@ kg
Mineral
5 kg
Rp 162.750@ 25 kg
Tetes
5 kg
Rp 650.000@ 300 kg
·         Mencampur semua bahan pakan yang di gunakan
ü  Siapkan semua alat & bahan .
ü  Campurkan air  drum dengan 5 Liter molasses / tetes tebu.
ü  Masukkan 3 sak dedak dan 3 timba molasses pada mixer horizontal.
ü  Setelah dedak dan m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard, dan 20 kg bungkil kelapa
ü  Masukkan 3 sak dedak dan 3 timba molasses pada mixer horizontal
ü  Setelah dedak dan m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard Masukkan  2,5 kg mineral, 15 kg bungkil kedelai, 20 kg bungkil kelapa
ü  Masukkan 3 sak dedak dan 3 timba molasses pada mixer horizontal.
ü  Setelah dedak dan m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard Masukkan  2,5 kg mineral, 20 kg bungkil kedelai, 10 kg bungkil kelapa
ü  Semua bahan sudah tercampur, dan siap untuk di timbang.
·         Menimbang pakan yang akan di berikan
ü  Dalam Proses pencampuran (Pembuatan) konsentrat sekali pembuatan, dapat membuat pakan konsentrat sebanyak 540 kg dan dibagi menjadi 27 sak, = 540 : 27 = 20 kg / sak
ü  Satu sak pakan konentrat untuk 4 ekor Sapi Perah, Jadi 1 ekor sapi di beri pakan konsentrat 5 kg.
·         Memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan
Pada sapi perah dengan bobot badan 400 kg, PK yang dibutuh kan adalah 373 gr
                  = 400 kg = 400.000 gr
                  =
                  = 0,09
Pada kandungan PK pada konsentrat, PK = 551 gr atau 0,13 %, dengan demikian kebutuhan PK pada sapi perah sudah mencukupi kebutuhan.


d.       Memberikan air minum
·         Membersihkan tempat minum
Pertama-tama, buka saluran pebuangan temapat minum, lalu sikat sampai bersih dan di semprot dengan air, kemudian dig anti dengan air minum yang baru.  
·         Memberikan air minum sesuai dengan kebutuhan ternak
Untuk pemberian air minum pada sapi perah, di butuh kan 60 liter / ekor / hari. Agar dapat memenuhi kebutuhan sapi perah untuk menghasilkan produksi air susu yang tinggi.


6.       Melaksanakan Kegiatan Penanaman HIjauan Pakan Ternak
a.       Menanam hijauan pakan ternak
·         Menghitung kebutuhan bibit hijauan
Skema lahan HMT untuk menghitung kebutuhan bibit hijauan
      60 cm    40 cm   60 cm   


 
60 cm
                                                                           Di isi 2 stek bibit di setiap lubang
60 cm                                                                Gulutan
                                                                        Jarak antara gulutan
                       




Tabel 9. Contoh jarak tanam
No

Jenis Rumput Jarak
Tanam

1
R. Gajah
60 x 90 cm
2
R. Benggala
60 x 60 cm

3
R. Australia
60 x 60 cm
4
R. Setaria,Sp

4 11kg/ha
5
R. Bede
40 x 40 cm
6
R. Brachiaria Ruziziensi
40 x 40 cm
       









Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·         Memilih bibit hijauan sesuai kriteria yang di tetapkan
Bibit yang di pakai berupa stek, bibitstek yang bagus adalah bibit dari Rumput Taiwan, karena memiliki batang yang besar, gizi yang tinggi, kadar air tinggi, daun tidak berbulu dan tidak kasar, dan pertumbuhan yang lebih cepat di bandingkan dengan rumput yang lainnya.
Keberhasilan budidaya hijauan pakan ak, sangat dipengaruhi oleh bibit yang akan digunakan. Sebelum mengambil  keputusan untuk menanam hijauanpakan ternak, petani peternak perlu mempertimbangkan terlebih dahulu jenis hijauan pakan ternak yang mempunyai kelebihan tertentu misalnya:
a. Jenis hijauan tersebut sesuai dengan lingkungan setempat.
b. Mudah dikembangkan dan dikelola
c. Memberi kemungkinan produksi yangl ebih tinggi
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·         Mengolah lahan dan cara penanaman
ü  Mengolah Lahan
Cara untuk mengolah lahan adalah dengan cara menggunakan cangkul untuk membuat
 Gulutan, sebagaimana skema berikut.

Pengambilan stek atau sering juga isebut dengan pemotongan stek ini dapat menggunakan alat pisau, galok dan sabit yang tajam, dengan harapan agar dihasilkan permukaan potongan yang halus atau tidak cacat. Pemotongan stek apabila menggunakan alat yang tumpul atau kurang tajam  dapat mengakibatkan cacat atau rusaknya stek tersebut. Pemotongan stek dapat dilakukan dengan posisi miring, atau datar. Namun yang baik adalah stek dipotong pada posisi miring. Dengan alasan potongan yang miring pada stek mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan stek yang potongannya datar. Stek batang rumput yang dipotong pada posisi datar atau rata, kemungkinan pecah pada bagian yang digunakan untuk bibit adalah besar. Penampilan stek yang dipotong pada posisi miring mempunyai kelebihan antara lain bila ditanam akan lebih mudah untuk menanamkannya, bila dibandingkan dengan stek yang dipotong pada posisi datar. Kemudian bila ada hujan atau air siraman yang jatuh pada ujung stek bisa mengalir kebawah,sehingga tidak menyebabkan stek busuk. Untuk sudut kemiringan pemotongan stek kurang lebih 45 derajat, sedangkan batang atau pucuk yang diambil minimal 2 mata tunas atau panjangnya kurang 20-25 cm. Sedangkan cara pengambilan stek terlebih dahulu batang dibersihkan dari pelepah daunnya, baru kemudian dilakukan pemotongan pada posisi miring.
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
ü  Cara Penanaman
Masing-masing lubang di tanam 2 bibit rumput, dengan kemiring 5 cm dari tanah, agar mata tunas ke dua dapat ke tanah dan lebih baik. Dan agar ketika saat sudah besar tidak mudah roboh.





Skema lahan HMT untuk menghitung kebutuhan bibit hijauan
      60 cm    40 cm   60 cm   


 
60 cm
                                                                           Di isi 2 stek bibit di setiap lubang
60 cm                                                                Gulutan

















 
                                                                        Jarak antara gulutan
·         Melakukan penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pemupukan
·         Penyiraman
Penyiraman di lakukan melalui saluran air limbah kotoran langsung di alirkan ke lahan HMT, dan di alirkan apabila lahan keklurangan air.
Pengairan
Semua tanaman memerlukan air untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pengairan tanaman hijauan pakan ternak dilakukan, apabila tanaman menunjukkan gejala kekurangan air. Pengairan tanaman hijauan pakan ternak dapat menggunakan air irigasi, air tanah atau air limbah dari kandang, dengan cara mengalirkan ke lokasi lahan hijauan pakan ternak tersebut.
Kebanyakan tanaman hijauan pakan ternak ditanam dekat lokasi kandang atau terletak disekitar kandang dengan tujuan untuk mempermudah pada saat pengairan. Tanaman hijauan pakan ternak yang diusahakan kebanyakan petani peternakan, sebagian besar hanya mengandalkan air hujan.
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·         Penyulaman
Penanaman susulan yang dilakukan bila sebagian tanaman ternyata tidak dapat tumbuh atau bertunas. Bahan tanam yang digunakan pols dan stek  akan bertunas antara 8 – 14 hari, penyulaman akan dilakukan setelah tanaman terlihat tidak bertunas atau mati yaitu setelah 2 minggu setelah tanam
Tujuan :
a.             Mencegah tumbuhnya gulma.
b.             Menjamin pertanaman yang seragam.
c.              Efisiensi penggunaan lahan.

·         Penyiangan dan pendangiran.
Dilakukan setelah penanaman, tergantung tingkat invasi gulma dan kepadatan tanah. Sebaiknya dilakukan sebelum gulma tumbuh subur. Penyiangan adalah membersihkan daerah disekitar tanaman dari gulma. Pendangiran adalah penggemburan kembali tanah disekitarnya.
Tujuan :                        
a.             Melindungi tanaman yang baru tumbuh dari persaingan cahaya, air, hara dan ruang.
b.             Memperbaiki struktur tanah.


Penyiangan
Penyiangan tanaman hijauan pakan ternak, bertujuan untuk memberantas atau membasmi gulma. Gulma adalah tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang  tumbuh tidak dikendaki, tanaman yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Ada beberapa macam jenis gulma misalnya alang-alang, teki atau rumput liar lainnya yang mengganggu tanaman yang diusahakan.
Karakteristik gulma adalah: tumbuhnya liar dan cepat, sulit dan tahan terhadap pengendalian, bias tumbuh pada lokasi yang gersang, tumbuh spontan tanpa disebar, sangat agresif dan merusak pemandangan Kerugian akibat gulma antara lain :
a. Menurunkan produksi hijauan.
b. Menurunkan kualitas hijauan.
c. Mempersulit dan mempertinggi biaya dan penggelolaan.
d. Mengurangi debet dan kualitas air.

Kegiatan penyiangan dilakukan apabila di sekitar tanaman hijauan pakan ada gulma atau tumbuhan pengganggu. Apabila gulma atau tumbuhan pengganggu tidak diberantas dapat menggangu tanaman utamanya, sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi hijauan seperti apa yang telah diuraikan di atas. Penyiangan tanaman hijauan pakan ternak dapat dilakukan bersamaan pada saat melakukan pendangiran atau pembubunan. Kegiatan penyiangan ini sangat diperlukan, agar produksi tanaman hijauan pakan ternak tinggi.
Pengendalian gulma yang mengganggu tanaman hijauan pakan ternak dapat dilakukan dengan cara: a. Mekanik atau fisik, yaitu dengan cara dibabat, dicabut dan dibakar.
b. Cara kimia, yaitu dengan menggunakan herbisida/pestisida kontak langsung atau cara sistemik dengan  penyemprotan.
c. Kultur teknis, yaitu dengan cara pengaturan jarak tanam dan penggunaan tumbuhan penutup tanah (Cover crops). d. Biologis, yaitu dengan menggunakan predator atau musuh alami.
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·         Pemupukan
A.      Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah.  Pemupukan adalah penambahan pupuk pada tanah agar tanah menjadi subur.  Kandungan hara pupuk dinyatakan sebagai persentase unsur yang terkandung didalamnya.
Dua golongan pupuk :
1.             Pupuk Alam          : pupuk kandang
2.             Pupuk Buatan      : urea
Pupuk Alam (Pupuk Organik)
Pupuk alam mempunyai kandungan unsur hara yang rendah dan terutama dipergunakan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah dan biologi tanah.
Ø  Pupuk Kandang :
Pupuk yang berupa kotoran padat dan cair dari hewan, kotoran ini dapat tercampur dengan sisa-sisa makanan, jerami.
Fungsi :
1.       Menambah kandungan bahan organik atau humus.
2.       Memperbaiki sifat fisik tanah, struktur, daya mengikat air dan porositas tanah.
3.       Meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah unsur hara tanaman, memperbaiki kehidupan mikroorganisma tanah.
4.       Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi.
Waktu Pemupukan
Waktu pemupukan Tergantung dari :
1.             Kebutuhan dan respon tanaman.
·               Tanaman kurang subur: pemupukan lebih cepat, lebih banyak.
·               Tanaman berumur muda sudah di panen.
2.             Kelarutan dan macam pupuk.
·               Pupuk mudah larut ( N ) Urea       :   Setelah tanaman di panen
·               Pupuk kandang                               : Pemberian pupuk dasar, saat penggaruan atau sehari sebelum tanam / saat tanam.
3.    Keadaan Iklim.
·               Diperlukan air pelarut yang cukup tapi tidak berlebihan.
·               Pemupukan dilakukan bila tanah lembab jangan banyak hujan / kering.
·               Tanaman tahunan pada akhir musim kemarau dan awal musim hujan.
Cara Pemupukan :
Ø  Di sebar dengan Urea
Pemberian pupuk, setelah panen.
Ø  Dialiri oleh kotoran langsung menuju ke Lahan HMT
Pemberian pupuk dasar, saat penggaruan atau sehari sebelum tanam / saat tanam.

Pemupukan
Agar tanaman hijauan pakan ternak yang kita tanam produksinya dapat tinggi,maka tanaman tersebut perlu dipupuk. Pupuk yang diberikan pada tanaman hijauan pakan ternak dapat berupa pupuk organik dan an organik. Yang termasuk pupuk organik misalnya:pupuk kandang, kompos, dedaunandan lainlain. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk kimia (pupuk buatan pabrik).Memupuk adalah memberikanbahan-bahan yang diperlukan oleh tanah, dengan tujuan menambahunsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Memupuk adalah memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Waktu pemupukan tanaman hijauan pakan ternak dapat dilakukan secara bersamaan pada saat pengolahan tanah. Apabila pemupukan dilakukan bersamaan dengan waktu pengolahan tanah, maka pupuk yang digunakan sebaiknya adalah pupuk kandang/ pupuk kompos atau pupuk hijau. Apabila memupuk tanaman hijauan pakan ternak menggunakan pupuk kimia, sebaiknya dilakukan pada saat tanaman sedang mengalami fase pertumbuhan vegetatif (terbentuknya akar, batang dan daun).
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008


·         Melakukan pemanenan
Pemanenan
Pemanen rumput ini menggunakan sistem Pemotongan (soiling) → dipotong dan dibawa ke kandang (cut and carry). Rumput dapat tumbuh kembali setelah dipanen maka perlu pengaturan pemanenan rumput secara rotasi, sehingga tetap dipertahankan kelestarian tanah dan tanamannya.  Sistem rotasi tersebut dapat di atur sesuai dengan kapasitas mesin potong tersebut, dengan tetap memperhatikan pertumbuhan kembali dengan cara mengistirahatkan dalam waktu tertentu, sampai rumput tersebut dapat di panen kembali.  Umumnya defoliasi rumput pada musim hujan lebih pendek interval defoliasinya dibandingkan musim kemarau.  Untuk musim hujan minimal interval pemotongan 30-40 hari dan musim kemarau minimal 50-60 hari. 
Pemanenan
Pemotongan atau pemanenan merupakan kegiatan pengambilan bagian-bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah, baik yang dilakukan oleh manusia ataupun oleh renggutan ternak. Pemotongan atau pemanenan akan mempengaruhi pertumbuhan kembali hijauan pakan ternak yang bersangkutan. Semakin sering hijauan pakan ternak dipanen atau dipotong semakin lambat pertumbuhannya karena cadangan makanan yang berupa karbohidrat yang
berada didalam akar atau bagian tanaman yang tertinggal semakin berkurang. Waktu panen yang tepat untuk tanaman hijauan pakan ternak yang berupa rumput adalah pada saat fase pertumbuhan vegetatif menjelang generatif (menjelang berbunga). Karena pada saat fase pertumbuhan ini kandungan serat kasarnya tidak terlalu tinggi, dan kandungan proteinnya
cukup tinggi. Protein sangat diperlukan bagi pertumbuhan ternak ruminansia. Untuk menjamin pertumbuhan kembali hijauan pakan ternak yang telah dipanen, sekaligus untuk menjamin  kebutuhan gizi atau protein bagi ternak sesuai dengan jenis hijauan pakan, umur dan tingkat produksinya, pemanenan atau pemotongan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kapasitas dan daya tampung lahan. Waktu dan periode pemotongan yang optimum sangat bervariasi tergantung dari jenis hijauan pakan yang ditanam, iklim atau musim hujan yang ada, dan kesuburan lahan yang ada. Semakin subur suatu lahan dan terpenuhuinya akan kebutuhan air serta jenis hijauan yang mempunyai adaptasi yang tinggi maka waktu dan periode pemotongan semakin cepat. Cara pemanenan atau pemotongan hijauan pakan ternak yang berupa rumput : a. Gunakanlah alat yang tajam, jangan menggunakan alat yang berkarat atau tumpul. Karena alat yang tumpul dan berkarat dapat menyebabkan tanaman luka, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian tanaman tersebut.
b. Pemangkasan atau pemotonglah hijauan pakan tersebut kurang lebih 10-15 cm dari permukaan tanah
c. Pemangkasan atau pemotonglah hijauan pakan ternak sebaiknya pada posisi miring
Setelah tanaman rumput atau hijauan pakan ternak dipanen, sebaiknya dilakukan :
a. Pembersihan tunggul atau tunggak dari semak-semak atau gulma yang menutupi.
b. Pemupukan dengan pupuk organic (kandang/kompos)
c. Penyiraman lahan hijauan
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·         Memotong dan mencacah hijauan
Pemotongan dan pencacahan hijauan dilakukan agar mempermudah ternak untuk mengkonsumsi hijauan dan tidak meninggalkan sisa-sisa hijauan yang terlalu banyak. Serta batang hijauan nya jga di senangi ternak, sehingga batang hijauan tidak terbuang banyak. Kegiatan ini menggunakan alat yang di sebut coper.
7.       Melaksanakan Kegiatan Penagawetan Hijauan
a.       Membuat silase
·         Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untukmembuat silase
·         Memilih bahan hijauan yang akan dibuat silase
·         Menimbang bahan yang akan dibuat silase
·         Melakukan pembuatan silase sesuai prosedur kerja yang di tetapkan
·         Menyimpan hasil proses kegiatan pada tempat yang benar

KETERANGAN :
Di UPT PT dan HMT Karangwaru Tuban, dulu pernah ada pembuatan silase dan kemudian berhenti pada tahun 2009. Saat dipimpin oleh Bapak Drh. Budiyanto
 Factor nya adalah :
-          Karena serangan hama tikus
-          Kurang nya sumber daya manusia (SDM)
-          Tempat yang kurang memadahi
Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar, dengan kadar air sekitar 60-70%, dalam suatu tempat yang disebut silo. Silo adalah tempat penyimpanan hijauan pakan ternak yang dapat dibuat di dalam atau diatas tanah. Bahan pembuatan silo pada umumnya terbuat dari tanah, beton, baja, papan, bilik bamboo. Ada beberapa bentuk silo yang digunakan untuk menyimpan silase
antara lain:
1.6.2.1 Tower Silo
Adalah silo yang berbentuk bangunan silinder, tegak seperti menara, terbuat dari besi atau beton.
1.6.2.2 Pit Silo (Silo Berbentuk
Sumur)
Silo ini dibentuk ditempat yang kering, agar tidak mudah kebanjiran dan adanya rembesan air tanah. Diameter silo ini dibuat dengan diameter agak lebar, dengan tujuan untuk memudahkan pada saat pengisian dan pengeluaran hijauan yang disimpan.
1.6.2.3 Trence Silo (Parit Memanjang
Di Tanah)
Silo ini dibuat berbentuk parit memanjang dibawah permukaan tanah dan pada umumnya berdinding miring, lantai diperkuat dengan bata atau  batako, demikian pula dindingnya.
1.6.2.4 Stack Silo (Silo Berdinding
Belahan Papan/Pagar Papan)
Cara ini kurang dianjurkan, karena masih terjadi kontak udara luar, sehingga kualitas silase kurang baik. Untuk meningkatkan kualitas silase, maka silo ini perlu ditutup rapat dengan plastik sebelum hijauan dimasukkan.

1.6.2.5 Silo Kantong Plastic
Apabila bahan silase yang akan dibuat jumlahnya sedikit, maka proses pembuatan silase dapat dilakukan didalam kantong plastik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan silo antara lain:
a. Kapasitas atau ukuran harus disesuaikan dengan hijauan pakan yang diawetkan.
b. Tempat silo tidak terlalu jauh dari kandang.
c. Dasar silo dibuat miring kesatu sisi.
1.6.3 Proses Pembuatan Silase
Hijauan yang sudah siap di panen yaitu pada saat pertumbuhan vegetative menjelang generatif, dipotong menggunakan alat sabit, setelah itu hijauan dikumpulkan, di angkut di simpan di tempat dekat dengan silo. Hijauan tersebut kemudian diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dibuat silase. Hijauan yang sudah diangin-anginkan kemudian dipotong dengan menggunakan alat coper, dengan ukuran  3-5 cm. Hijauan yang telah dipotongpotong, dicampur dengan salah satu bahan pengawet (seperti: tetes, dedak, menir, tepung jagung atau bahan pengawet lainnya) dengan perbandingan tertentu. Seandainya menggunakan bahan pengawet berupa tetes gunakan 3 kg tetes per 100 kg hijauan. Sedangkan untuk bahan pengawet dedak halus gunakan 5-6 kg per 100 kg hijauan. Bahan pengawet tepung jagung 3 kg per 100 kg hijauan dan untuk bahan pengawet menir kurang lebih 3,5 kg per 100 kg hijauan pakan ternak yang akan dibuat silase. Ciri-ciri silase yang baik adalah:
a. Baunya asam segar
b. Warnanya hijau seperti daun/ sedikit hijau tua
c. Tektur tidak berubah dan tidak menggumpal
d. Tidak berjamur dan berlendir
Sumber : Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
8.       Melaksanakan Pemerahan
a.       Melakukan Kegiatan Pemerahan
·         Menjelaskan Prosedur Pemerahan
v  Sanitasi kandang dan ternak
v  Ambing dan puting harus bersih
v  Puting harus di bersihkan sebelum di perah
v  Memastikan puting yang aktif (tidak terkena mastitis dan air susunya tidak pecah)
v  Setelah selesai di perah, di beri desinfektan yodium Providon (½ lt : 5 lt air)
v  Menakar produksi susu per ekor. Pada saat pagi dan sore


·         Melakukan Proses Pemerahan
v  Pemerahan
Teknik pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) dan dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi, 1996).
ü  . Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
4.       Metode full hand (seluruh jari)
Pemerahan dengan menggunakan seluruh jari biasanya dilakukan pada sapi yang mempunyai ambing dan puting yang panjang dan besar. Pemerahan dilakukan dengan cara puting dipegang antara ibu jari dengan jari telunjuk pada pangkal puting menekan dan meremas pada bagian atas, sedangkan ketiga jari yang lain menekan dan meremas bagian tubuh puting secara berurutan, hingga air susu memancar keluar dan dilakukan sampai air susu dalam ambing habis (Abubakar, et. al., 2009).
5.       Metode  knevelen
Cara pemerahan knevelen adalah pemerahan dengan menggunakan seluruh tangan. Cara ini mirip dengan cara full hand, tetapi ibu jari ditekuk saat menekan bagian atas puting, sehingga bagian punggung ibu jari yang menekan puting. Cara ini juga digunakan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil. Semua cara pemerahan dengan tangan, pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009)
6.       Metode strippen
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
ü  Pemerahan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Mesin yang di gunakan dalam pemerahan adalah mesin perah portable
·         Menampung Hasil Pemerahan Sesuai Prosedur
v  Pertama-tama, hasil pemerahan susu di takar (Liter)
v  Masukkan susu ke dalam milkcan
v  Catat hasil produksi susu sapi perekor nya ke dalam buku recording produksi susu
v  Susu di bawa ke loket penjualan
v  Susu di takar kembali dan di bungkus per liter
v  Susu di jual pada konsumen langsung, yaitu pada pukul 05.00 & 13.00
·         Menerapkan Sanitasi Peralatan Pemerahan
v  Pertama, masak air sampai hangat-hangat kuku
v  Semprot peralatan perah dengan air
v  Cuci peralatan perah menggunakan sabun
v  Bilas sampai bersih
v  Terakhir, peralatan perah di bilas dengan air hangat.
.Analisis Usaha Sapi Perah
Dari data yang kami peroleh dari peternakan UPTPT dan HMT Karangwaru - Tuban,
Asumsi:
-Populasi                                                                             : 24  ekor
-Harga beli sapi                                                                 : Rp. 15.000.000,-/ekor
-Biaya kandang                                                                 : Rp. 10.000.000,-
-Luas kandang                                                                  : 15 m x 6 m
-Pemeliharaan                                                                    : 12 bulan / 1 tahun
-Pakan                                                                                  : ~Hijauan
                                                                                                : 30 kg x Rp. 150,- x 24 ekor x 365 hari
                                                                                                : Rp.39.420.000,-
                                                                                                : ~Konsentrat
                                                                                                : 4 kg x Rp. 2.400,- x 24 ekor x 365 hari
                                                                                                : Rp. 84.096.000
-Produksi susu                                                                  : 8,27 liter / hari
-Kelahiran pedet/tahun                                                   : 15 ekor
-Masa laktasi                                                                       : 10 bulan / 305 hari
-Harga afkir sapi                                                                                : Rp. 6.000.000,-
-Suku bunga                                                                      : 7%/tahun

A.      Input Tetap
1.       Biaya Kandang
-          Biaya pembuatan kandang                       : Rp. 10.000.000,-
-          Masa ekonomis (JUE)                                                : 5 tahun
-          Masa pakai periode                                    : 1 tahun
-          Nilai sisa (NS)                                              : Nb x 10%
: Rp. 10.000.000,- x 10%
: Rp. 1.000.000,-
-          Penyusutan kandang                                 : (Nb – NS) x periode
JUE
                                                                                                : (10.000.000 – 1.000.000)x1
                                                                                                                                5
                                                                                                : Rp. 1.800.000,-
-          Bunga modal kandang                               : Nb + NS x r ( suku bunga)
        2
: 10.000.000 + 1.000.000 x 7%
                       2
: Rp. 385.000,-
2.       Pembelian Sapi
-          24  ekor @ 15.000.000                              : Rp. 360.000.000,-
-          Masa ekonomis (JUE)                                                : 9 tahun
-          Masa pakai periode                                    : 1 tahun
-          Nilai Sisa (NS)                                             : @ 6.000.000x 24 ekor
: Rp 144.000.000,-
-          Penyusutan sapi                                          : (Nb – NS)xPeriode
JUE
                                                                                                : (360.000.000 – 144.000.000)x1
                                                                                                                                9
                                                                                                : Rp. 24.000.000                                                 
-          Bunga Modal (BM)                                      : Nb + NS x r (suku bunga)
        2
: 360.000.000 + 144.000.000x 7%
                          2
: 252.000.000 x 7%
: Rp. 17.640.000,-
3.       Biaya APTL (Alat Produksi Tahan Lama)
-          Milk can 15 L x 10 buah @ Rp1.500.000,-: Rp.  225.000.000,-
-          Karpet sapi 24 buah @ Rp. 550.000,-       : Rp.   13.200.000,-
-          Milk machine                                                                   : Rp. 18.000.000,-
-          Alat ukur                                                           : Rp.   3.000.000,- +
   : Rp. 259.200.000,-
-          Masa Ekonomis (JUE)                                                   : 10 tahun
-          Masa Pakai Periode                                      : 1 tahun
-          Nilai Sisa (NS)                                                : Nb x 10%
   : Rp. 259.200.000 x 10%
   : Rp. 25.920.000,-
-          Penyusutan APTL                                          : Nb – NS x 1
      JUE
: 259.200.000 25.920.000 x 1
                      10
: Rp 23.328.000,-
-          Bunga Modal                                                                : Nb + NS x r (suku bunga)
        2
: 259.200.000 + 25.920.000 x 7%
                        2
 : Rp. 9.979.200,-
à Total Penyusutan                                                       : penyusutan kandang + penyusutan sapi +
  penyusutan APTL
: 1.800.000 + 24.000.000 + 23.328.000,-
: Rp.49.128.000,-
àTotal Bunga Modal                                                     : BM kandang + BM sapi + BM APTL
                                                                                                : 385.000 + 17.640.000 + 9.979.200
                                                                                                : Rp.28.004.200,-
àTotal Input Tetap                                                         : total penyusutan + total BM
                                                                                                : 49.128.000,- + 28.004.200
                                                                                                : Rp.77.132.200,-
B.      Input Variabel
1.       Pakan
-          Hijauan                                                          : Rp. 39.420.000,-
-          Konsentrat                                                    : Rp. 84.096.000,-
2.       Obat-obatan                                                 : Rp  . 1.800.000,-
3.       BBM Rp. 50.000/bulan                               : Rp.      600.000,-
4.       Listrik                                                             : Rp.   1.200.000,-
5.       TK 4 orang @25.000/hr x 365h hr           : Rp 36.500.000,-
6.       Biaya tak terduga                                        : Rp.   1.000.000,-
7.       APTL
-          Sabit 1 buah @Rp. 50.000,-                     : Rp.        50.000,-
-          Tambang 10 @5.000                                 : Rp         50.000,-
-          Timba 4 buah @Rp. 45.000,-                   : Rp.        180.000,-
-          Kain saring 2@ 50.000                              : Rp.        100.000,-
-          Selang 25 meter @ 7500                          : Rp.       187.500
-          Sikat                                                               : Rp.          10.000,-
-          Sapu                                                              : Rp          15.000,-
-          Skrop                                                             : Rp         30.000
-          Garuk  2 @ 25.000                                     : Rp.          50.000,-
-          agro                                                                : Rp.          360.000,- +
: Rp. 165.648.500,-
Total Input                                                                           : Input Tetap + Input Variabel
                                                                                                : 77.132.200 +5.648.500
                                                                                                : Rp.242.780.700,-
C.      Analisa Output
1.       Output Utama
Jumlah total susu                                        : 8,27 L x 305 hari (10 bulan produksi, 2 bulan kering) x
                                                                          24 ekor
                                                                        : 60.536.4 L
                                                                        : 60536.4 L x Rp. 5.000,-
                                                                        : Rp. 302.682.000,-
2.       Output Sampingan
-          Penjualan pedet 15 ekor @Rp. 2.000.000,-          : Rp. 30.000.000,-
-          Penjualan kompos 10 ret@Rp. 60.000,-                                : Rp         600.000,- +
  Rp. 30.600.000,-
Output Total                                                                                       : Output utama + Output Sampingan
                                                                                                                : 302.682.000 + 30.600.000
                                                                                                                : Rp. 333.282.000,-
D.      Analisa Income
1.       Saldo Usaha                                                               : Output total – Input total
SU ( Keuntungan)                                                     : 333.282.000 242.780.700
                                                                                        :  ( Rp.90.501.300,-)
Pendapatan Pengelola
PP                                                                                   : 333.282.000 452.732.700
                                                                                        : ( Rp.90.501.300,-)

Pendapatan Somah Tani                                       : PP + TKSP + BM
PST                                                                                                : 90.501.300 + 24.000.000 + 28.004.200
                                                                                        : (Rp.142.505.500,-)
a.       O/I Ratio                                                                       : OT                                                                                                                                                                                   IV
OI                                                                                            : Rp. 333.282.000,-
                : Rp. 165.648.500,-
                                                                                        : 2,01
Kesimpulan
        Dari hasil analisa O/I ratio diatas didapat 2,01 artinya setiap penggunaan input variabel sebesar Rp. 1 akan mendapatkan output sebesar Rp. 2,01 sehingga usaha yang dilakukan layak untuk dikembangkan.
Tabel 10  Neraca Usaha Pemeliharaan Sapi Perah
No.
URAIAN
JUMLAH
No.
URAIAN
JUMLAH
1.
Input Tetap
Rp. 77.132.200
1.
Output Utama
Rp. 302.682.000
2.
Input Variabel
Rp. 165.648.500
2.
Output Sampingan
Rp. 30.600.000,-
3.
PP
(Rp.90.501.300)



TOTAL
Rp. 333.282.000
TOTAL
Rp. 333.282.000
2.       BC Ratio (kelayakan usaha)                                  :      Keuntungan
                                                                                          Total Biaya Produksi
                                                                                        : (Rp.90.501.300,-)
                                                                                          Rp. 165.648.500
                :  0,5
3.       BEP (Break Event Point)
Asumsi
-          Input Tetap                                                                   : Rp.   77.132.200
-          Input Variabel                                                               : Rp. 165.648.500,-
-          Harga per liter susu                                                    : Rp           . 5.000,-

Harga jual/unit                                                                     :       Input Total
                                                                                                                  Harga per liter susu
                                                                                                                : Rp. 452.732.700,-
                                                                                                                         Rp.5.000,-
                                                                                                                : 90.546.54




Biaya variabel/unit                                                              :     Input Variabel
Jumlah Produksi Susu
                                                                                                                   Rp. 165.648.500
8.7 x 305 hr x 24 ekor      
                                                                                                                   Rp. 165.648.500
                                                                                                                   63684  Liter                                                       
                                                                                                    : Rp 2.600
Kesimpulan        :
                Dengan demikian saya dapat mengetahui kapan saya tidak mendapatkan laba maupun rugi atau titik impas, yaitu pada saat saya menjual sebanyak Rp. 2.600,-/liter.















3.3.  . Masalah yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya
Tabel 11. Masalah yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya
Tanggal
Masalah
Pemecahan
29-03-2013
-          Satu ekor pedet persilangan FH><Limousin mati mendadak.
-          Ada gumpalan bulu dan tali tampar di dalam pencernaan rumen
-          Pedet di bedah
-          organ dalam di periksa
-          mengambil sampel
-          di teliti di Lab. Keswan
13-04-2013
-          ada sapi FH mengalami patah tanduk
-          Tanduk di semprot dengan Gusanex
-          Tanduk Di  olesi obat : Penstrep & PK
-          Tanduk di lapisi kapas, lalu di perban
30-04-2013
-          Ada Satu ekor sapi FH yang tidak bias berdiri, karena terkena abses pada bagian paha kiridan kanan, serta terdapat nanah pada sendi lutut
-          Pada penyakit abses, diolesi obat : Vaselin + Penstrep
-          Pada nanah di sendi lutut, di olesi dengan minyak tawon , agar nanah dapat keluar
-          Karena penyakit yang menyerang pada sapi FH ini yang sudah di obati, tetapi belum jga sembuh,maka sapi FH ini di jual.



BAB IV
PENUTUP
Ø  Kesimpulan
Demikian laporan praktek kerja usaha (PKU) pemeliharaan sapi perah yang telah kami laksanakan  di Dinas UPTPT dan HMT Karangwaru - Tuban. Begitu banyak ilmu yang kita peroleh disini yang dapat kita manfaatkan nantinya, antara lain :
a)       Kita dapat melatih dan mempraktikan semua ilmu pengetahuan yang kami dapat dari sekolah
b)       Kami mendapat pengalaman praktek kerja langsung di lapangan
c)       Menambah wawasan dan pengetahuan kami dalam ilmu peternakan
d)       Kita dapat menambah pengetahuan berwirausaha dalam bidang peternakan
Ø  Saran
-          Bagi Siswa
a)       Hendaknya dapat menjalin kerja sama yang baik
b)       Hendaknya dapat tepat waktu pada saat pelaksanaan kerja/PKU
c)       Penyusunan laporan hendaknya dikerjakan bersama
d)       Hendaknya tidak melakukan tindakan yang mengarah ke hal yang negative
-          Bagi Sekolah
Dari pihak sekolah hendaknya sering mengontrol keadaan siswa-siswi dilokasi PKU agar peserta PKU tidak melakukan tindakan yang mengarah ke hal negative.
-          Bagi Peternak
a)       Karyawan sering memperhatikan dan memberikan penggarahan serta motivasi
b)       Bagi pengelola hendaknya harus ikut serta mengawasi peserta PKU pada saat dilapangan








DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mengamati dan Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Tabel 2. Mebedakan Ternak Sehat dan Sakit
Tabel 3. Mengidentifikasi Jenis Penyakit
Tabel 4. Memberikan / Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
Tabel 5. Kebutuhan nutrisi sapi perah untuk produksi susu 20 kg per hari
Tabel 6. kandungan bahan pakan yang pakan
Tabel 7. Jenis-jenis bahan pakan
Tabel 8. Jenis-jenis bahan pakan
Tabel 9. Contoh jarak tanam
Tabel 10  Neraca Usaha Pemeliharaan Sapi Perah
Tabel 11. Masalah yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya








DAFTAR PUSTAKA

Akoso, T. B. Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta, 1980.
M. Aminul Wahib. Modul Reproduksi Ternak.Lamongan, 2001.
Cullision Arthur , 1987, Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah untuk produksi susu 20 kg / Hari,Feed and feeding
Anton, A. 2006. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009, Departemen Pertanian
Annida Online : http://www.ummigroup.co.id/ Selasa, 18 Januari 05
Anonimus, 2006. Statistik Pertanian 2006, Pusat Data dan Informasi Deptan, Deptan.
Caturto Priyo N. 2008, AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA JILID 2, Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
http:// informasi, babadanngancar.blogdetik.com, 2007.
http:// 12/perkandangan-sapi-perah.html, yurindadini.blogspot.com, 2009.
http:// jenis-kandang-sapi-berdasarkan-peruntukkannya,www.infoternak.com, 2009.
 http://12/penanganan-kelahiran-pada-sapi-perah.html,fapeternakan.blogspot.com,2008.