LAPORAN PRAKERIN
SAPI PERAH
UPT PT dan HMT KARANGWARU TUBAN
OLEH : SYIRA ZULKAHFI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri
Awalnya
yang gemar minum susu adalah orang asing saja seperti orang Belanda, Arab dan
India karena mereka lebih awal tahu akan manfaat susu kambing dan sapi. Dengan
adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu yang sangat penting
untuk pertumbuhan maka usaha peternakan sapi perah berkembang sangat pesat.
Selain itu sapi perah telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha
pemeliharaan sapi perah yang ada di indonesia hanya diusahakan didaerah-daerah
yang beriklim dingin saja, hal ini dikarenakan ternak sapi perah hanya cocok
dengan iklim dingin. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran sapi
perah di Indonesia yaitu temperatur, daerah konsumen dan komunikasi. Peternakan
sapi perah selain menghasilkan susu juga berkaitan erat dengan pertanian karena
ternak sapi perah menghasilkan kotoran atau limbah yang dapat dimanfaatkan dan
dikelolah sebagai pupuk kompos.
Adapun
beberapa faktor yang menghambat usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah
modal, iklim, tenaga kerja dan marketing. Sesuai dengan pernyataan dari Dirjen
Peternakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu, Indonesia masih
harus mengimport dari luar negri sebanyak 80% sedangkan produksi dalam negri
hanya mencapai 20%.
Untuk
mengatasi masalah tersebut maka telah banyak industri-industri sapi perah,
untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat maka dalam setiap usaha peternakan sapi perah harus memperhatikan
manajemen pemeliharaannya yang meliputi: 1) Perkandangan, 2) Pembibitan, 3)
Pakan, 4) Pengendalaian Penyakit, 5) Recording, 6) Pemanenan, 7) Penanganan
Limbah.
Agar
usaha peternakan sapi perah berjalan dengan baik maka manajemen pemeliharaannya
harus diperhatikan karena saling berkaitan satu dengan yang lain karena akan
menentukan tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi perah.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Usaha
Tujuan dari praktek kerja indusri (PRAKERIN) ini adalah untuk :
a. Menambah pengetahuan mengenai usaha peternakan dibidang sapi perah
a. Menambah pengetahuan mengenai usaha peternakan dibidang sapi perah
b. Mengetahui dan belajar menganalisa akan peluang peternakan sapi perah
c. memanfaatan lahan dan limbah ternak
d. Mengetahui dan faktor yang menjadi pendorong dan penghambat jalannya suatu peternakan
d. Mengetahui dan faktor yang menjadi pendorong dan penghambat jalannya suatu peternakan
e. Mengetahui cara pemerahan yang baik
f. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah
g. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha
pemeliharaan sapi perah
h. Terjun langsung dalam setiap kegiatan pemeliharaan sapi perah
i. Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
j. Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran
praktek kerja industry (PRAKERIN)
1.3 Tujuan Penulis Laporan
Hasil praktek kerja industry (PRAKERIN) ini bertujuan untuk :
1. Agar Siswa mendapat pengalaman langsung serta dapat belajar mengenai tata laksana manajemen sapi perah
1. Agar Siswa mendapat pengalaman langsung serta dapat belajar mengenai tata laksana manajemen sapi perah
2. Dapat melatih siswa agar dapat melakukan praktek usaha sendiri
3. Menambah keterampilan bagi siswa
4. Mendapat pengalaman yang riil di lapangan
5. Untuk diterapkan didalam dunia
kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI
2.1. Bibit
Macam-macam Sapi perah yang sering dijumpai di Indonesia :
a.
FH
(Friesh Holland)
Sapi Friesh Holland sering kali
dikenal dengan nama FH.
Asal : Dari Negara Belanda
Ciri-cirinya :
- Warna belang
hitam putih
- Pada dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga
- Kaki bagian bawah dan bulu ekornya bewarna putih
- Tanduknya pendek dan menjurus kedepan
- Sifat-sifatnya : tenang dan jinak. Tidak tahan
panas, tetapi lebih mudah dikuasai
- Lambat dewasa
(Sumber : Akoso, T. B. Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta, 1980)
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah
adalah:
a.
produksi susu tinggi
b. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah
beranak
c.
berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu
tinggi
d. bentuk tubuhnya seperti baji
e. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk
kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat
f. ambing cukup besar, kulit halus, puting
susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek
g. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa
penyakit menular
h. tiap tahun beranak
2.2. Pakan & Air
minum
- Pemberian pakan
pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan
konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa,
rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari
setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi
dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan
sebanyak 1-2% dari BB.
Sapi yang sedang menyusui (laktasi)
memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya.
Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan
(legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu,
gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam
dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi
hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain
makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan
yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan
ternak yang dipelihara.
Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan
dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di
musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan
bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat
kakinya.
Pemberian
Air Minum
Air merupakan zat yang penting bagi
kehidupan, dan diperlukan oleh setiap makluk hidup. Dalam sebuah usaha
peternakan, air merupakan unsur yang penting, salah satunya digunakan sebagai
air minum untuk ternak. Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang bersih
dan segar, dan air minum disediakan ad libitum. Pengisian air dilakukan secara
manual oleh petugas kandang. Menurut Wattiaux (2003), pemberian air bersih yang
segar harus tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari
bahan kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum
untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang, dilengkapi
dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam dump tank agar selalu
dalam keadaan penuh.
2.3. Perkandangan
1. Syarat-starat yang harus diperhatikan dalam
pembuatan kandang:
a. Ventilasi
Ventilasi adalah jalan keluar masuknya udara yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantikan dengan udara segar yang berasal dari luar.
b. Sinar Matahari
Sinar matahari berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
c. Kebersihan
Kandang yang selalu bersih dan kering akan menjamin kebersihan sapi dan akan mempengaruhi mutu susu yang diperah.
d. Konstruksi Kandang
Konstruksi kandang dibuat sedemikian rupa sehingga semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan praktis.
e. Keamanan Hewan
Untuk kandang sapi betina harus dibuat lebih kuat untuk mengurangi bahaya dari sapi pejantan. Ukuran kandang untuk satu ekor sapi adalah 2,25 x 1,25 m2.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah jalan keluar masuknya udara yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantikan dengan udara segar yang berasal dari luar.
b. Sinar Matahari
Sinar matahari berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
c. Kebersihan
Kandang yang selalu bersih dan kering akan menjamin kebersihan sapi dan akan mempengaruhi mutu susu yang diperah.
d. Konstruksi Kandang
Konstruksi kandang dibuat sedemikian rupa sehingga semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan praktis.
e. Keamanan Hewan
Untuk kandang sapi betina harus dibuat lebih kuat untuk mengurangi bahaya dari sapi pejantan. Ukuran kandang untuk satu ekor sapi adalah 2,25 x 1,25 m2.
2. Macam-Macam
kandang berdasarkan peruntukannya
a. Kandang Pedet
0 – 4 bulan
Pedet yang berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau penghalang antar kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan dapat saling mngisap dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari bahan bambu atau kayu berukuran 95 x 150 x 130 cm.
2. Kandang Pedet Lepas Sapih (4 – 8 bulan)
Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih yang berusia 4 – 8 bulan berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan. Karenanya tempat pakan, tempat minum dan tempat berteduh dibuat terpisah.
3. Kandang Sapi Dara (8 bulan – 2 tahun)
Kandang sapi dara dapat dibuat dengan sistem koloni agar memudahkan pengontrolan saat birahi. Namun jika kandang khusus sapi dara ini tidak ada, sapi dara dapat ditempatkan pada kandang sapi dewasa.
4. Kandang Sapi Dewasa atau Masa Produksi (lebih dari 2 tahun dan laktasi)
Sapi yang telah berproduksi dikelompokkan dalam satu kandang. Pangelompokkan ini sebaiknya berdasarkan tingkat produksi susu sehingga sapi yang berproduksi tinggi tidak bercampur dengan sapi yang produksinya rendah. Dengan pengelompokkan seperti ini manajemen atau tatalaksana pemberian pakan dapat dilakukan secara optimal.
Kandang sapi dewasa biasanya dibuat satu jajar dengan jumlah genap, karena satu bak air disediakan untuk 2 ekor sapi. Kandang per ekor sapi adalah panjangnya 180 – 200 cm, lebar 135 – 140 cm, lebar saluran kotoran 30 – 40 cm dan lebar tempat pakan 80 – 100 cm.
5. Kandang Sapi Kering Kandang
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan karena sapi yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan persipan melahirkan untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini sapi tidak di perah susunya selama sekitar 2 bulan. Dengan demikian pakan yang dimakan hanya untuk kebutuhan anak yang berada dalam kandungan dan kebutuhan hidup dalam mempersiapkan kelahiran.
Pedet yang berusia 0 – 4 bulan harus dibuatkan kandang sendiri agar tidak bercampur dengan pedet atau sapi lainnya. Dapat pula dibuatkan penyekat atau penghalang antar kandang. Hal ini disebabkan pedet sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet memiliki naluri menyusu sehingga jika disatukan dapat saling mngisap dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari bahan bambu atau kayu berukuran 95 x 150 x 130 cm.
2. Kandang Pedet Lepas Sapih (4 – 8 bulan)
Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih yang berusia 4 – 8 bulan berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan. Karenanya tempat pakan, tempat minum dan tempat berteduh dibuat terpisah.
3. Kandang Sapi Dara (8 bulan – 2 tahun)
Kandang sapi dara dapat dibuat dengan sistem koloni agar memudahkan pengontrolan saat birahi. Namun jika kandang khusus sapi dara ini tidak ada, sapi dara dapat ditempatkan pada kandang sapi dewasa.
4. Kandang Sapi Dewasa atau Masa Produksi (lebih dari 2 tahun dan laktasi)
Sapi yang telah berproduksi dikelompokkan dalam satu kandang. Pangelompokkan ini sebaiknya berdasarkan tingkat produksi susu sehingga sapi yang berproduksi tinggi tidak bercampur dengan sapi yang produksinya rendah. Dengan pengelompokkan seperti ini manajemen atau tatalaksana pemberian pakan dapat dilakukan secara optimal.
Kandang sapi dewasa biasanya dibuat satu jajar dengan jumlah genap, karena satu bak air disediakan untuk 2 ekor sapi. Kandang per ekor sapi adalah panjangnya 180 – 200 cm, lebar 135 – 140 cm, lebar saluran kotoran 30 – 40 cm dan lebar tempat pakan 80 – 100 cm.
5. Kandang Sapi Kering Kandang
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan karena sapi yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan persipan melahirkan untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini sapi tidak di perah susunya selama sekitar 2 bulan. Dengan demikian pakan yang dimakan hanya untuk kebutuhan anak yang berada dalam kandungan dan kebutuhan hidup dalam mempersiapkan kelahiran.
2.4. Kesehatan
Hewan
a. Radang Kelenjar Ambing / Mastitis
Penyebab : Bakteri Streptococcus
Gejala Spesifik :
-
Adanya peradangan pada saluran
kelenjarkelenjar susu.
-
Perubahan fisik dan kimiawi dari
air susu.
Pencegahan/Pengobatan
:
-
Karena penularan penyakit ini
melalui puting susu, maka untuk mencegah timbulnya penyakit ini harus
diperhatikan cara pemerahan sapi, sebelum dierah sapi di bersihkan dulu dan
cara memerahnya harus betul-betul higinis.
-
Hindarkan kemungkinan adanya
hal-hal yang dapat menyebabkan luka pada ambing atau puting susu
baik melaui cara pemerahan maupun adanya lantai kandang yang dapat menyebabkan luka.
-
Jagalah kebersihan kandang dan
alat-alat untuk pemerahan susu.
b. Milk Fever (Demam susu)
Milk Fever adalah penyakit
gangguan metabolisme yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang
melahirkan ataupun dekat sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini
menimpa sapi yang sedang berproduksi.
Penyebab : Kekurangan
Ca yang akut.
Gejala :
-
Kaki belakang nampak lemah, sulit
digerakkan, nafsu makan hilang.
-
Sapi menjadi lumpuh.
-
Tak bisa menelan, dan ludah
keluar dari mulut.
-
Bola mata setengah tertutup.
-
Sapi nampak seperti tidur
nyenyak.
Pencegahan/Pengobatan
:
-
Sapi harus cukup mendapatkan
kandungan Ca, P, Mg, dala ransumnya.
-
Pengobatan dengan injeksi
preparat-preparat Ca secara intravenous (500 cc, dengan larutan calsium
gluconate 20%).
d. Bloat (Kembung)
Penyebab : Gangguan pencernaan, karena gas didalam perut tertimbun tak bisa keluar.
Penyebab : Gangguan pencernaan, karena gas didalam perut tertimbun tak bisa keluar.
Gejala :
-
Lambung (abdomen) pada sisi kiri
bagian atas membesar.
-
Bagian perut yang membesar tadi
menjadi sangat kencang. Dan apabila bagianini dipukul dengan jari akan berbunyi
seperti drum.
-
Hewan yang menderita sering
terhuyung-huyung atau sebentar-sebentar berbaring dan berdiri.
Pencegahan/Pengobatan :
-
Jangan memberikan jenis makanan
yang banyak leguminose yang masih basah akibat embun pagi atau air hujan.
-
Memberikan makanan dengan jerami
kering terlebih dahulu kepada hewan yang lapar.
-
Jika hewan (sapi) menderita
bloat, gas harus segera dikeluarkan, misalnya dengan memasukkan selang (pipa)
melalui mulut.
-
Pengobatan bisa digunakan:
*Anti biotik (penicilin) guna
membasmi bakteri yang menghasilkan gas.
e. Mencret/Diare
Mencret atau diare pada sapi merupakan
istilah yang menunjukan atau menggambarkan kondisi sapi yang mengeluarkan
kotoran/ feses dengan dengan ferekuensi yang sering dan berbentuk agak
lembek bahkan cenderung cair.
Penyebab :
1.
Faktor fisiologis : berupa perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan
pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan.
Gejala :
Sapi yang menderita mencret/ diare akibat
faktor fisologis biasanya
menunjukan gejala mencret namun tidak
disertai adanya darah, lendir, bau busuk, cacing dan
ketidak normalan lainnya. Selain itu, sapi masih terlihat sehat dan masih
menunjukan nafsu makan yang baik
Pengobatan :
Mencret/diare akibat faktor fisologis
tersebut tentunya terjadi saat kondisi tubuh sedang menurun yang umumnya
disebabkan oleh stress akibat perubahan lingkungan. untuk mencegah stress
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan lingkunyan yang nyaman, makanan yang
cukup serta bernilai gizi tinggi dan tambahan multivitamin seperti VITERPAN
yang selain berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh juga berfungsi sebagai
vitamin untuk penggemukan ternak.
2.5. Pemerahan
Teknik pemerahan sapi dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) dan dengan tangan (“hand
milking”) (Prihadi, 1996).
a. Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
a. Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
1. Metode full hand (seluruh jari)
Pemerahan dengan
menggunakan seluruh jari biasanya dilakukan pada sapi yang mempunyai ambing dan
puting yang panjang dan besar. Pemerahan dilakukan dengan cara puting dipegang
antara ibu jari dengan jari telunjuk pada pangkal puting menekan dan meremas
pada bagian atas, sedangkan ketiga jari yang lain menekan dan meremas bagian
tubuh puting secara berurutan, hingga air susu memancar keluar dan dilakukan
sampai air susu dalam ambing habis (Abubakar, et. al., 2009).
2. Metode knevelen
Cara pemerahan
knevelen adalah pemerahan dengan menggunakan seluruh tangan. Cara ini mirip
dengan cara full hand, tetapi ibu jari ditekuk saat menekan bagian atas puting,
sehingga bagian punggung ibu jari yang menekan puting. Cara ini juga digunakan
pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil. Semua cara pemerahan dengan
tangan, pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting ketika
proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan radang
ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009)
3.
Metode strippen
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
b. Pemerahan
Menggunakan Mesin
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan.
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan.
2.6. Pemeliharaan
A.
Penanganan Kelahiran
Dalam kondisi normal proses kelahiran pedet
terbagi kedalam beberapa tahap atau fase, yaitu :
1. Fase pertama : sapi gelisah, vulva kendor,
vulva mengeluarkan lendir, sapi merejan,
amnion terlihat dan amnion pecah.
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
terlihat
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.
B. Pemeliharaan Induk Bunting
a.Makanan mengandung Ca dan P yang cukup untuk pertumbuhan janin serta dengan SK minimum 13 %.
b.Keadaan fisik
c.Exsercise dengan jalan-jalan atau padang gembala.
d.Makanan penguat menjelang induk beranak
e.Pemerahan harus dihentikan 1½ - 2 bulan setelah melahirkan (sapi kering)
a.Makanan mengandung Ca dan P yang cukup untuk pertumbuhan janin serta dengan SK minimum 13 %.
b.Keadaan fisik
c.Exsercise dengan jalan-jalan atau padang gembala.
d.Makanan penguat menjelang induk beranak
e.Pemerahan harus dihentikan 1½ - 2 bulan setelah melahirkan (sapi kering)
C. Pemeliharaan
Pedet (lahir – 8 bulan)
a.Pedet sesudah lahir
-Membersihkan lendir yang ada pada mulut dan seluruh tubuh
-Memotong tali pusar, dipotong ± 10 cm dan diolesi mercurochrom atau yodium, sulfa powder, anti biotik untuk mencegah infeksi.
-Diusahakan pedet memperoleh colustrum pada induknya apabila induk mati bisa diberikan colustrum buatan. Colustrum ialah produksi susu 5-7 hari pertama pada ternak yang baru melahirkan.
b.Pedet Lepas Sapih
-Pemberian susu pada pedet sampai berumur 2½ - 3 bulan setelah itu pedet disapih.
-Dehorning (pemotongan tanduk)
c.Penjagaan kesehatan
D.Pemeliharaan Sapi Dara (Heifer) 9 bulan – beranak pertama
-Pemberian ransum pada sapi perah dara harus selalu diawasi agar jangan sampai kegemukan atau mengalami yang terlambat
-Pembesaran dara untuk dijadikan induk
a.Pedet sesudah lahir
-Membersihkan lendir yang ada pada mulut dan seluruh tubuh
-Memotong tali pusar, dipotong ± 10 cm dan diolesi mercurochrom atau yodium, sulfa powder, anti biotik untuk mencegah infeksi.
-Diusahakan pedet memperoleh colustrum pada induknya apabila induk mati bisa diberikan colustrum buatan. Colustrum ialah produksi susu 5-7 hari pertama pada ternak yang baru melahirkan.
b.Pedet Lepas Sapih
-Pemberian susu pada pedet sampai berumur 2½ - 3 bulan setelah itu pedet disapih.
-Dehorning (pemotongan tanduk)
c.Penjagaan kesehatan
D.Pemeliharaan Sapi Dara (Heifer) 9 bulan – beranak pertama
-Pemberian ransum pada sapi perah dara harus selalu diawasi agar jangan sampai kegemukan atau mengalami yang terlambat
-Pembesaran dara untuk dijadikan induk
-Sapi dara dikawinkan umur 14 – 17 bulan
sehingga diharapkan dapat beranak dan memproduksi susu pada umur 23 – 26 bulan.
Lama bunting sapi rata-rata 280 hari. Sapi dewasa yang baru beranak dikawinkan
kembali sesudah 60-90 hari agar jaringan alat reproduksi yang rusak akibat
melahirkan telah pulih kembali.
E.Pemeliharaan sapi dewasa
a.Pemeliharaan badan :
Tujuan dari pemeliharaan badan adalah menjaga kesehatan sapi, menjaga produksi susu tetap stabil dan menghindarkan pengotoran susu dari bulu-bulu yang rontok.
b.Pemeliharaan kuku
Kuku yang tidak dipelihara dapat berakibat :
-Mudah kena penyakit kuku
-Sapi menjadi pincang
E.Pemeliharaan sapi dewasa
a.Pemeliharaan badan :
Tujuan dari pemeliharaan badan adalah menjaga kesehatan sapi, menjaga produksi susu tetap stabil dan menghindarkan pengotoran susu dari bulu-bulu yang rontok.
b.Pemeliharaan kuku
Kuku yang tidak dipelihara dapat berakibat :
-Mudah kena penyakit kuku
-Sapi menjadi pincang
F. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi
dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan
secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara
dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan)
memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11%
lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan
bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
G. Perawatan
Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi
induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan
susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada
penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang
dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya
terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam
tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia
dewasa. Sapi pedet
ditimbang seminggu sekali sementara sapi
dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih
ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran
pengukuran
berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang
badan dan tinggi pundak.
2.7. Reproduksi
A. Birahi
1.
Masa Birahi dan
tanda-tanda birahi
Masa birahi sapi berlangsung selama 18jam. Sapi dara
umumnya mengalami masa birahi lebih pendek dari pada sapi dewasa. Periode masa
birahi ini akan berulang setiap 21 hari sekali.
Tanda-tanda
birahi :
a.
Nampak gelisah, sering mengeluarkan suara
yang mengeluh-ngeluh
b.
Sering
mengibas-ngibaskan ekornya
c.
Nafsu makan berkurang
d.
Sering menaiki atau suka
menaiki temannya
e.
Seing vulva membengkak
bewarna agak merah
f.
Dari vagina keluar
cairan bewarna putih agak pekat, terkadang sedikit bercampur darah
g.
Produksi susu menurun
2.
Saat perkawinan yang
tepat diwaktu birahi
Perkawinan ini bisa
dilakukan sebagai berikut :
a.
Birahi nampak pada pagi
hari, sore hari dikawinkan
b.
Birahi nampak pada sore
hari, pagi hari dkawinkan
B.
Inseminasi Buatan
“Proses untuk memasukkan sperma kedalam kelamin betina dengan menggunakan alat dan dilaksanakan oleh manusia”
“Proses untuk memasukkan sperma kedalam kelamin betina dengan menggunakan alat dan dilaksanakan oleh manusia”
-
Manfaat IB
1.
Mempertinggi penggunaan
pejantan
2.
Ekonomis dalam
pemeliharaan pejantan
3.
Meningkatkan dan
memperbaiki mutu genetik
4.
Mencegah penularan
penyakit veneris
5.
Memperpendek calving
interval
6.
Dapat digunakan untuk
crossing
7.
Dapat digunakan
experimen
-
Kekurangan IB
1.
Petugas yang kurang ahli
2.
Kurangnya pengetahuan
tentang birahi
3.
Dapat menyebarkan
abnormalitas genetik
4.
Bisa terjadinya in
breding
-
Peralatan IB
1.
Container, dilengkapi
dengan : a. Canester dan, b. Goblet
2.
Insemination gun
3.
Plastik sit
4.
Plastik glove
5.
Pinset
6.
Timba/ember
7.
Gunting
8.
Handuk kecil
-
Pelaksanaan IB
1.
Tempatkan sapi betina
yang akan di IB pada kandang kawin
2.
Amati keadaan birahi
3.
Apabila benar birahi,
siapkan peralatan IB
4.
Pasang plastik glove
pada tangan kiri dan masukkan pada rectum untuk mencari posisi servix
5.
Kalau posisi servix
sudah dapat, maka masukkan gun yang sudah siap menggunakkan tangan kanan
melalui vulva,
6.
Setelah gun mencapai
dalam servix, tuangkan sperma di posisi IV
7.
Kemudian tarik keluar
gun dan bersihkan kembali alat tersebut
(Sumber : Aminul
Wahib, Reproduksi ternak, Lamongan 2001 )
C.
Penanganan Kelahiran
Dalam kondisi normal proses kelahiran pedet
terbagi kedalam beberapa tahap atau fase, yaitu :
1. Fase pertama : sapi gelisah, vulva kendor,
vulva mengeluarkan lendir, sapi merejan,
amnion terlihat dan amnion pecah.
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet
terlihat
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.
3. Fase ketiga : plasenta keluar
Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA USAHA (PKU)
3.1.
Waktu
Dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Usaha (PKU)
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
(PRAKERIN) dilaksanakan pada tanggal 12 Maret – 2 Mei 2013 yang berlokasi di UPT PT dan HMT
Karangwaru – Tuban.
3.2. Kegiatan
yang Di Laksanakan
1.
Mempersiapkan
Kandang dan Peralatan
a)
Membersihkan Kandang
Ternak Sapi Perah
Ø Membersihkan
Lantai Kandang
·
Membersihkan
Lantai Kandang Laktasi
Dalam Membesihkan
Lantai Kandang Laktasi, yaitu dengan membuang kotoran ke saluran pembuangan
limbah dengan menggunakan garuk, kemudian lantai kandang di siram dengan
menggunakan timba sampai bersih. Kegiatan ini di lakukan 4 kali sehari yaitu
pada pukul : 02:30, 05:30, 11:00, dan 15:00
·
Membersihkan
Lantai Kandang Umbaran (sapi Bunting)
Dalam membersihkan
lantai kandang umbaran (sapi bunting), yaitu dengan mengumpulkan kotoran
menggunakan garuk dan dimasukkan kedalam agro menggunakan skrop, kemudian
kotoran di masukkan ke tempat penampungan biogas.
Ø Membersihkan
Tempat Pakan
Pertama-tama,
sisa-sisa pakan di buang mengguinakan skrop dan agro, setelah itu tempat pakan
di semprot air sampai bersih.
Ø Membersihkan
Tempat Minum
Pertama-tama, buka
saluran pebuangan temapat minum, lalu sikat sampai bersih dan di semprot dengan
air, kemudian dig anti dengan air minum yang baru.
Ø Membersihkan
Lingkungan Sekitar Kandang
Membersihkan
rumput-rumput yang tumbuh di sekitar kandang dengan sabit dan sampah-sampah
yang tidak berguna di kumpulkan dan di buang pada tempatnya.kegiatan ini
biasanya dilakukan 2 hari se minggu (Selasa dan jum’at)
Ø Mengumpulkan
dan Menangani Kotoran Ternak
·
Kotoran
langsung di buang pada saluran pembuangan kotoran untuk di alirkan ke lahan
HMT.
·
Kotoran
di manfaatkan untuk biogas.
·
Di
jual (apabila ada yang pesan)
b)
Menyiapkan dan
Merawat Peralatan Kandang Sapi Perah
Ø Mengidentifikasi
Peralatan Kandang
Garuk
Skrop
|
Mixer
|
Seleb
|
Dot
|
Desinfektan
|
Yodium
|
Coper
|
Tosa
|
Sapu
lidi
|
Tali
Tampar
|
Aquades
|
|
Agro
|
Timbangan
|
Mesin
perah portebel
|
Kipas
angin
|
Gunting
|
Alkohol
|
Timba
|
Toren
|
Milkcan
|
Sikat
|
Spuit
|
Karpet
Kandang
|
Sabit
|
Sanyo
|
Vaselin
|
Panci
|
Tang
Aplikatror
|
Plastik
Glove
|
Cangkul
|
Selang
|
Dipping
|
Kompor
|
Saringan
Susu
|
Blangsing
|
Ø Menggunakan
Peralatan Kandang
Di gunakan sesuai
dengan prosedur dan kegunaannya.
Ø Memilih
Bahan Sanitasi
Bahan yangdi gunakan
adalah Desinfektan dan Air Hangat
2.
Melaksanakan
Penilaian Bibit Sapi Perah
a.
Menentukan Kriteria
Bibit Sapi Perah yang Baik
Ø
Mengamati dan
Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Tabel 1. Mengamati
dan Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Bentuk
Tubuh
|
Segitiga
|
Pertumbuhan
Tubuh
|
Sesuai
dengan Umur
|
Bentuk
Kaki
|
Kuat,
Kokoh, dan Simetris
|
Ambing
|
Besar,
dan menggantung
|
Putting
|
Besar,
Simetris, Tidak lebih dari 4.
|
3.
Merawat Ternak Sapi
Perah
a.
Melakukan Perawatan
sapi perah
Ø Mengendalikan
Ternak
·
Dengan
cara memegang tali keluh dan kalung
·
Dengan
cara meng elus-elus bagian sekitar rahang bawah
Ø Membersihkan
Ternak
Ternak di semprot
dan di sikat sampai bersih
Ø Menentukan
Umur Ternak
·
Di
lihat dari gigi
Bila
Gigi Seri berganti 1 pasang, Ternak berumur 1 tahun
Bila
Gigi Seri berganti 2pasang, Ternak berumur 1,5 - 2 tahun
Bila
Gigi Seri berganti 3 pasang, Ternak berumur 2 - 2,5 tahun
Bila
Gigi Seri berganti 4 pasang, Ternak berumur
3 - 3,5 tahun
Bila
Gigi Seri aus, ternak berumur lebih dari 4 tahun
Bila
sudah tua, gigi kecil-kecil (10 tahun ke atas)
Sumber
: M. Aminul Wahib,S.pt,MM tahun 2011
·
Di
lihat dari cincin tanduk
Cincin tanduk
pertama pada umur 2,5 tahun, dan kedua pada umur 3,5 tahun, serta ke 3 pada
umur 4,5 tahun
Ø Memberikan
Tanda pada Ternak
·
Eartag
:memberikan tanda pada telinga
·
Branding:
memberikan tanda cap bakar pada bagian tubuh ternak (tato)
Pemberian Mark atau Penandaan
(Marking/Branding)
Pemberian Marka (marking/ branding) merupakan salah satu cara untuk melakukan identifikasi pada ternak
yang dipelihara agar memudahkan pencatatan atau recording. Banyak cara dan pilihan untuk identifikasi
tersebut, seperti pamasangan anting telinga, tattoo, foto dengan marka berwarna
dan paling populer adalah pemberian cap atau
branding.
Alat yang dapat digunakan dalam penandaan, antara
lain:
1.7.1. Electric tattoo
Electric tattoo adalah alat tattoo elektrik yang menggunakan listrik sebagai sumber
arus.
1.7.2. Paint Stick
Paint Stick adalah alat penomoran yang berbentuk lipstick
untuk menu liskan nomor atau tanda tertentu di bagian badan ternak, penandaan
ini tidak permanen tetapi cukup tahan dan tidak mudah hilang oleh panas maupun
hujan.
1.7.3. Ear Tag
Ear tag adalah sejenis anting bernomor yang biasanya
dipasangkan pada daun kuping, terbuat dari bahan karet, plastik, atau
alumunium. Pemasangannya dilakukan dengan bantuan alat yang disebut ear tag aplicator. Jenis-jenis aplikator antara lain:
● Applicator
tang,
adalah alat untuk memasangkan ear tag pada kuping
ternak, bentuknya bermacammacam bergantung atas jenis ear tag tertentu.
● Aplicator
gun,
adalah tang aplikator yang berbentuk pistol.
1.7.4. Rotary Tattoo
Rotary
tattoo adalah
alat penomoran atau pentatoan berbentuk tang dan memiliki nomor-nomor yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Outfit
ta t t o o ,
a d a l a h a l a t penomoran a t a u
pentatoan berbentuk tang dengan nomor-nomor yang dapat dipasang dan dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan.
Sumber : Priyo
Nugroho Caturto tahun :2008
4.
Mengendalikan
Penyakit Pada sapi Perah
a. Mengidentifikasi
Sapi Perah Sehat dan Sakit
·
Mengukur
Frekuensi Pernafasan
Dengan cara
menggunakan punggung tangan di dekatkan pada hidung ternak,dan angka pernafasan
normal pada sapi yaitu 10-30 kali/ / menit.
·
Mengukur
Suhu Tubuh
Dengan cara
memasukkan alat thermometer pada bagian dinding rectum.
·
Mengukur
Denyut Nadi
Dngan
cara menekan pada bagian :
ü fascialis (daerah
mendibula)
ü coccigealis (daerah
pangkal ekor)
ü denyut normal 70 –
80 kali / menit
·
Mebedakan Ternak
Sehat dan Sakit
Tabel 2. Mebedakan
Ternak Sehat dan Sakit
NO
|
Kategori
|
Sehat
|
Sakit
|
1
|
Pergerakan
|
Aktif dan Lincah
|
Kuran Aktif dan Lincah
|
2
|
Mata
|
Jernih
|
Pucat dan Sayu
|
3
|
Bulu
|
Halus dan Bersih
|
Kasar, Berdiri, dan Kusam
|
4
|
Nafsu Makan
|
Normal
|
Berkurang
|
5
|
Lendir Lubang Alami
|
Tidak ada
|
Ada
|
6
|
Suara Nafas
|
Halus, Teratur,dan Tidak Tersengal-sengal
|
Ngorok, Tidak Teratur,dan Tersengal-sengal
|
b. Melakukan
Identifikasi Penyakit Sapi Perah
·
Mengidentifikasi
Jenis Penyakit
Tabel 3.
Mengidentifikasi Jenis Penyakit
NO
|
Penyebab
|
Jenis Penyakit
|
1
|
Bakteri
|
Mastitis,
Diare
|
2
|
Viral
/ Virus
|
Brucellosis,
Flu
|
3
|
Parasit
|
Cacingan,
Abses
|
4
|
Fungi
|
Kembung
|
·
Mengidentifikasi
Jenis Obat yang di Berikan
Colibact
Injeksi
|
Gusanex
|
Fermo
|
Penicilin
|
PPC
|
Injectamin
|
Sthreptomicyn
|
Mastilax
|
PK
|
Antibiotik
|
Vaselin
|
Cloxalak
|
Thimpanol
|
Penstrep
|
Colibact
Bolus
|
|
·
Menghitung Dosis Obat
yang akan di Berikan
Sesuai dengan cara
pemakaian yang tertera pada kemasan obat dan wadah / kardus
·
Memberikan /
Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
Tabel 4. Memberikan
/ Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
NO
|
Jenis
Obat
|
Aplikasi
Pada Penyakit
|
1
|
Colibact
Injeksi
|
Diare
|
2
|
Gusanex,
Antibiotik, Penstrep, PPC + Shtreptomicyn + vaselin
|
Abses
(Luka-Luka)
|
3
|
Penstrep,
PPC + Shterptomicyn
|
Mastitis
|
4
|
Thimpanol
|
Kembung
|
5
|
Anibiotik
+ Vitamin
|
Flu
|
6
|
Fermo
|
Cacingan
|
c.
Melakukan tindakan
pengobatan
·
Melakukan Injeksi IM
Suatu teknik atau
cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian
otot & daging
·
Melakukan Injeksi SC
Suatu teknik atau
cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian
antara kulit dan daging
·
Melakukan Injeksi
Intra Mamae
Suatu teknik atau
cara pemberian obat pada ternak yang sakit dengan jalan injeksi pada bagian
puting
·
Melakukan Pengobatan
Per Os
Suatu teknik atau
cara pemberian obat yang di lakukan pada ternak melalui mulut atau biasanya di
sertai air minum.
·
Intra
Vena
Suatu
teknik atau cara pemberian obat yang di lakukan secara injeksi pada ternak
melalui vena pada ternak
Sumber
: Imam Tohari,S.Pt, tahun : 2011
·
Membantu Tindakan
Pengobatan
Dengan cara
memasukkan Colibact Bolus pada bagian organ reproduksi sapi betina pada saat
setelah melahirkan dengan tangan yang di lapisi plastic glove dengan tujuan
agar memberi antibiotic pada organ reproduksi sapi betina
.
5.
Melaksanakan
Pemberian Ransum
a.
Mengidentifikasi
bahan pakan
·
menentukan jenis
jenis bahan pakan
ü Konsentrat 20 kg
untuk 5 ekor sapi = 20: 4 = 5 kg/ekor
ü Ampas Tahu 18 kg
untuk 2 ekor sapi =- 18 : 2 = 9 kg/ekor
ü Hijauan = 30 kg/ekor
·
menentukan kebutuhan
nutrisi sapi perah
Tabel
5. Kebutuhan nutrisi sapi perah untuk produksi susu 20 kg per hari
Hidup Pokok
|
Berat Badan
(kg)
|
ME
K Kal
|
TDN
(kg)
|
Protein
(gr)
|
Ca
(gr)
|
P
(gr)
|
|
Produksi
1 kg Susu
|
350
|
10.760
|
2,85
|
341
|
14
|
11
|
|
400
|
11.900
|
3,15
|
373
|
15
|
13
|
||
450
|
12.990
|
3,44
|
403
|
17
|
14
|
||
500
|
14.060
|
3,72
|
432
|
18
|
15
|
||
Lemak (%)
|
|
|
|
|
|
||
2,5
|
990
|
0,260
|
72
|
2.4
|
1,65
|
||
3,0
|
1.070
|
0,282
|
77
|
2.5
|
1,70
|
||
3,5
|
1.160
|
0,340
|
82
|
2.6
|
1,75
|
||
4,0
|
1.240
|
0,326
|
87
|
2.7
|
1,80
|
||
Sumber : Feed and
feeding, Arthur Cullision, 1987
b.
Menyunsun formulasi
pakan
·
Menetukan kandungan
bahan pakan yang akan di susun
NO
|
NAMA BAHAN
|
TOTAL RANSUM
|
PK
(%)
|
PKr (BK)
|
1
|
Dedak
|
300
|
8.7
|
4.63
|
2
|
Pollard
|
160
|
12.9
|
3.66
|
3
|
B.Kelapa
|
35
|
18.5
|
1.15
|
4
|
B.Kedelai
|
25
|
28
|
1.24
|
5
|
Jagung
|
35
|
9
|
0.56
|
6
|
Ampas
Tahu
|
-
|
25.6
|
10.8
|
7
|
tetes
|
5
|
3.4
|
0.03
|
8
|
Mineral
Mix
|
4
|
0
|
0.00
|
9
|
Konsentrat
|
-
|
21.2
|
87.9
|
10
|
Rumput
gajah
|
-
|
10
|
29.7
|
Tabel 6. kandungan bahan pakan
Berdasarkan pada
table 5 untuk Sapi Perah dengan bobot 400 kg dengan produksi susu 20kg/hari
Kebutuhan Protein =
373 gr
Kebutuhan ME = 11.9
M Kal
Kebutuhan TDN = 3.15
Pembuatan ransum
Sapi Perah untu8k memiliki kebutuhan Protein berdasarkan metod bujur sangkar (Pearson Square)
Sapi Perah dengan berat 400 kg berproduksi
susu 20 kg per hari. Sapi perah di beri pakan hijauan rumput Gajah 30 kg, Ampas
Tahu 9 kg, dan Konsentrat 5 kg. Konsentrat kandungan Protein 21,2% dengan BK
87,9%, kandungan protein Rumput 10% dengan Bk 29,7%, sedangkan Ampas Tahu
dengan Protein 25,6% dan Bk 10,8%.
Protein Rumput = 30
X 29,7 X 10 X 1kg= 0,891 kg = 891gr
10.000
Protein Rumput = 9
X 10,8 X 25,6 X 1kg = 0,249 kg = 249 gr
10.000
SE = Pk dari
dedak + Pollard + Jagung + Tetes
4
= 8,7 + 12,9 +
0,56 + 3,4 = 25,56 = 6,39
4 4
SP =Pk dari
B.Kelapa + B.Kedela
2
=
18,5 + 28 = 46,5 = 23,25
2 2





16,92
Dedak =
= 4,1%
= 0,205kg


Pollard =
= 6,1%
= 0,305 kg


Jagung =
= 0,3%
= 0,015 kg


Tetes =
= 1,6%
= 0,08 kg


B.Kelapa =
=
34,97%
= 1,75 kg





5kg
Jadi, jumlah
pemberian bahan pakan yang di berikan pada Sapi Perah dengan bobot badan 400kg
dengan produksi susu 20kg adalah sebagai berikut:
ü Rumput = 30kg
ü Ampas tahu = 9kg
ü Dedak = 0,205kg
ü Pollard = 0,305 kg
ü Jagung = 0,015kg
ü Tetes = 0,08kg
ü B.Kelapa = 1,75kg
ü B.Kedelai = 2,65kg
·
Menentukan metode
penyunsunan ransum yang akan di gunakan
Metode yang di
gunakan dalam penyusunan ransum adalah metode PEARSON SQUARE ( Segi Empat
Pearson)
c.
Mencampur pakan
·
Menentukan bahan
pakan yang akan di susun
Tabel
7. Jenis-jenis bahan pakan
NO
|
NAMA BAHAN
|
TOTAL RANSUM
|
PK
(%)
|
PKr (BK)
|
HARGA/KG
|
1
|
Dedak
|
300
|
8.7
|
4.63
|
Rp 1550
|
2
|
Pollard
|
160
|
12.9
|
3.66
|
Rp 2650
|
3
|
B.Kelapa
|
35
|
18.5
|
1.15
|
Rp 2200
|
4
|
B.Kedelai
|
25
|
28
|
1.24
|
Rp 8500
|
5
|
Jagung
|
35
|
9
|
0.56
|
Rp 3000
|
6
|
Ampas Tahu
|
-
|
25.6
|
10.8
|
Rp 800
|
7
|
tetes
|
5
|
3.4
|
0.03
|
Rp 3750
|
8
|
Mineral Mix
|
4
|
0
|
0.00
|
Rp 4800
|
9
|
Konsentrat
|
-
|
21.2
|
87.9
|
Rp2400
|
10
|
Rumput gajah
|
-
|
10
|
29.7
|
Rp 4500
|
·
Menentukan metode
penyusunan ransum yang akan di –gunakan
Metode
yang di gunakan dalam penyusunan ransum adalah metode PEARSON SQUARE ( Segi
Empat Pearson). Metode Pearso Square merupakan metode yang sering di gunakan
untuk menyusun pakan, karena lebih sederhana dan mudah.
·
Menimbanag bahan
pakan yang akan di gunakan
Tabel
8. Jenis-jenis bahan pakan
BAHAN
|
BERAT
(kg)
|
Harga
|
Dedak
|
300 kg
|
Rp 1.200 – Rp 1.400@ kg
|
Pollard
|
150 kg
|
Rp 133.000 – Rp 155.000@ 50
kg
|
Bungkil
kelapa
|
50 kg
|
Rp 2.300 – Rp 2.500@ kg
|
Jagung
|
40 kg
|
Rp 2.800 – Rp 3.000@ kg
|
Bungkil
Kedelai
|
35 kg
|
Rp 6.850@ kg
|
Mineral
|
5 kg
|
Rp 162.750@ 25 kg
|
Tetes
|
5 kg
|
Rp 650.000@ 300 kg
|
·
Mencampur semua
bahan pakan yang di gunakan
ü Siapkan semua alat
& bahan .
ü Campurkan air
drum dengan 5 Liter molasses / tetes tebu.

ü Masukkan 3 sak dedak
dan 3 timba molasses pada mixer horizontal.
ü Setelah dedak dan
m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard, dan 20 kg bungkil kelapa
ü Masukkan 3 sak dedak
dan 3 timba molasses pada mixer horizontal
ü Setelah dedak dan
m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard Masukkan 2,5 kg mineral, 15 kg bungkil kedelai, 20 kg
bungkil kelapa
ü Masukkan 3 sak dedak
dan 3 timba molasses pada mixer horizontal.
ü Setelah dedak dan
m,olase sudah di masukkan, tambah kan 1 sak pollard Masukkan 2,5 kg mineral, 20 kg bungkil kedelai, 10 kg
bungkil kelapa
ü Semua bahan sudah
tercampur, dan siap untuk di timbang.
·
Menimbang pakan yang
akan di berikan
ü Dalam Proses
pencampuran (Pembuatan) konsentrat sekali pembuatan, dapat membuat pakan
konsentrat sebanyak 540 kg dan dibagi menjadi 27 sak, = 540 : 27 = 20 kg / sak
ü Satu sak pakan
konentrat untuk 4 ekor Sapi Perah, Jadi 1 ekor sapi di beri pakan konsentrat 5
kg.
·
Memberikan pakan
sesuai dengan kebutuhan
Pada
sapi perah dengan bobot badan 400 kg, PK yang dibutuh kan adalah 373 gr
= 400 kg = 400.000 gr
= 

= 0,09

Pada kandungan PK
pada konsentrat, PK = 551 gr atau 0,13 %, dengan demikian kebutuhan PK pada
sapi perah sudah mencukupi kebutuhan.
d.
Memberikan air minum
·
Membersihkan tempat
minum
Pertama-tama,
buka saluran pebuangan temapat minum, lalu sikat sampai bersih dan di semprot
dengan air, kemudian dig anti dengan air minum yang baru.
·
Memberikan air minum
sesuai dengan kebutuhan ternak
Untuk pemberian air
minum pada sapi perah, di butuh kan 60 liter / ekor / hari. Agar dapat memenuhi
kebutuhan sapi perah untuk menghasilkan produksi air susu yang tinggi.
6.
Melaksanakan
Kegiatan Penanaman HIjauan Pakan Ternak
a.
Menanam hijauan
pakan ternak
·
Menghitung kebutuhan
bibit hijauan
Skema
lahan HMT untuk menghitung kebutuhan bibit hijauan









![]() |













Tabel
9. Contoh jarak tanam
No
|
Jenis
Rumput Jarak
|
Tanam
|
1
|
R. Gajah
|
60
x 90 cm
|
2
|
R.
Benggala
|
60 x 60 cm
|
3
|
R. Australia
|
60
x 60 cm
|
4
|
R. Setaria,Sp
|
4
11kg/ha
|
5
|
R. Bede
|
40
x 40 cm
|
6
|
R. Brachiaria Ruziziensi
|
40
x 40 cm
|
Sumber : Priyo
Nugroho Caturto tahun :2008
·
Memilih bibit
hijauan sesuai kriteria yang di tetapkan
Bibit
yang di pakai berupa stek, bibitstek yang bagus adalah bibit dari Rumput
Taiwan, karena memiliki batang yang besar, gizi yang tinggi, kadar air tinggi,
daun tidak berbulu dan tidak kasar, dan pertumbuhan yang lebih cepat di
bandingkan dengan rumput yang lainnya.
Keberhasilan budidaya
hijauan pakan ak, sangat dipengaruhi oleh bibit yang akan digunakan. Sebelum
mengambil keputusan untuk menanam
hijauanpakan ternak, petani peternak perlu mempertimbangkan terlebih dahulu
jenis hijauan pakan ternak yang mempunyai kelebihan tertentu misalnya:
a. Jenis hijauan tersebut sesuai dengan
lingkungan setempat.
b. Mudah dikembangkan dan dikelola
c. Memberi kemungkinan produksi yangl ebih tinggi
Sumber
: Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·
Mengolah lahan dan
cara penanaman
ü Mengolah
Lahan
Cara
untuk mengolah lahan adalah dengan cara menggunakan cangkul untuk membuat
Gulutan, sebagaimana skema berikut.
Pengambilan stek atau
sering juga isebut dengan pemotongan stek ini dapat menggunakan alat pisau,
galok dan sabit yang tajam, dengan harapan agar dihasilkan permukaan potongan
yang halus atau tidak cacat. Pemotongan stek apabila menggunakan alat yang
tumpul atau kurang tajam dapat
mengakibatkan cacat atau rusaknya stek tersebut. Pemotongan stek dapat
dilakukan dengan posisi miring, atau datar. Namun yang baik adalah stek
dipotong pada posisi miring. Dengan alasan potongan yang miring pada stek
mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan stek yang
potongannya datar. Stek batang rumput yang dipotong pada posisi datar atau
rata, kemungkinan pecah pada bagian yang digunakan untuk bibit adalah besar.
Penampilan stek yang dipotong pada posisi miring mempunyai kelebihan antara
lain bila ditanam akan lebih mudah untuk menanamkannya, bila dibandingkan
dengan stek yang dipotong pada posisi datar. Kemudian bila ada hujan atau air
siraman yang jatuh pada ujung stek bisa mengalir kebawah,sehingga tidak
menyebabkan stek busuk. Untuk sudut kemiringan pemotongan stek kurang lebih 45
derajat, sedangkan batang atau pucuk yang diambil minimal 2 mata tunas atau
panjangnya kurang 20-25 cm. Sedangkan cara pengambilan stek terlebih dahulu
batang dibersihkan dari pelepah daunnya, baru kemudian dilakukan pemotongan
pada posisi miring.
Sumber
: Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
ü Cara
Penanaman
Masing-masing
lubang di tanam 2 bibit rumput, dengan kemiring 5 cm dari tanah, agar mata
tunas ke dua dapat ke tanah dan lebih baik. Dan agar ketika saat sudah besar
tidak mudah roboh.
Skema
lahan HMT untuk menghitung kebutuhan bibit hijauan









![]() |







![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||
![]() |

·
Melakukan
penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pemupukan
·
Penyiraman
Penyiraman di
lakukan melalui saluran air limbah kotoran langsung di alirkan ke lahan HMT,
dan di alirkan apabila lahan keklurangan air.
Pengairan
Semua tanaman
memerlukan air untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pengairan tanaman
hijauan pakan ternak dilakukan, apabila tanaman menunjukkan gejala kekurangan
air. Pengairan tanaman hijauan pakan ternak dapat menggunakan air irigasi, air
tanah atau air limbah dari kandang, dengan cara mengalirkan ke lokasi lahan
hijauan pakan ternak tersebut.
Kebanyakan tanaman
hijauan pakan ternak ditanam dekat lokasi kandang atau terletak disekitar
kandang dengan tujuan untuk mempermudah pada saat pengairan. Tanaman hijauan
pakan ternak yang diusahakan kebanyakan petani peternakan, sebagian besar hanya
mengandalkan air hujan.
Sumber : Priyo
Nugroho Caturto tahun :2008
·
Penyulaman
Penanaman
susulan yang dilakukan bila sebagian tanaman ternyata tidak dapat tumbuh atau
bertunas. Bahan tanam yang digunakan pols dan stek akan bertunas antara 8 – 14 hari, penyulaman
akan dilakukan setelah tanaman terlihat tidak bertunas atau mati yaitu setelah
2 minggu setelah tanam
Tujuan
:
a.
Mencegah
tumbuhnya gulma.
b.
Menjamin
pertanaman yang seragam.
c.
Efisiensi
penggunaan lahan.
·
Penyiangan dan
pendangiran.
Dilakukan setelah
penanaman, tergantung tingkat invasi gulma dan kepadatan tanah. Sebaiknya
dilakukan sebelum gulma tumbuh subur. Penyiangan adalah membersihkan daerah
disekitar tanaman dari gulma. Pendangiran adalah penggemburan kembali tanah
disekitarnya.
Tujuan :
a.
Melindungi
tanaman yang baru tumbuh dari persaingan cahaya, air, hara dan ruang.
b.
Memperbaiki
struktur tanah.
Penyiangan
Penyiangan tanaman
hijauan pakan ternak, bertujuan untuk memberantas atau membasmi gulma. Gulma
adalah tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang
tumbuh tidak dikendaki, tanaman yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Ada
beberapa macam jenis gulma misalnya alang-alang, teki atau rumput liar lainnya
yang mengganggu tanaman yang diusahakan.
Karakteristik gulma adalah: tumbuhnya liar dan
cepat, sulit dan tahan terhadap pengendalian, bias tumbuh pada lokasi yang
gersang, tumbuh spontan tanpa disebar, sangat agresif dan merusak pemandangan
Kerugian akibat gulma antara lain :
a. Menurunkan produksi hijauan.
b. Menurunkan kualitas hijauan.
c. Mempersulit dan mempertinggi biaya dan penggelolaan.
d. Mengurangi debet dan kualitas air.
Kegiatan penyiangan
dilakukan apabila di sekitar tanaman hijauan pakan ada gulma atau tumbuhan
pengganggu. Apabila gulma atau tumbuhan pengganggu tidak diberantas dapat
menggangu tanaman utamanya, sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi
hijauan seperti apa yang telah diuraikan di atas. Penyiangan tanaman hijauan
pakan ternak dapat dilakukan bersamaan pada saat melakukan pendangiran atau
pembubunan. Kegiatan penyiangan ini sangat diperlukan, agar produksi tanaman
hijauan pakan ternak tinggi.
Pengendalian gulma yang mengganggu tanaman
hijauan pakan ternak dapat dilakukan dengan cara: a. Mekanik atau fisik, yaitu
dengan cara dibabat, dicabut dan dibakar.
b. Cara kimia, yaitu dengan menggunakan
herbisida/pestisida kontak langsung atau cara sistemik dengan penyemprotan.
c. Kultur teknis, yaitu dengan cara pengaturan
jarak tanam dan penggunaan tumbuhan penutup tanah (Cover crops). d. Biologis,
yaitu dengan menggunakan predator atau musuh alami.
Sumber : Priyo
Nugroho Caturto tahun :2008
·
Pemupukan
A.
Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu
bahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pemupukan adalah penambahan pupuk
pada tanah agar tanah menjadi subur.
Kandungan hara pupuk dinyatakan sebagai persentase unsur yang terkandung
didalamnya.
Dua golongan pupuk :
1.
Pupuk Alam : pupuk kandang
2.
Pupuk Buatan : urea
Pupuk
Alam (Pupuk Organik)
Pupuk alam
mempunyai kandungan unsur hara yang rendah dan terutama dipergunakan untuk
memperbaiki keadaan fisik tanah dan biologi tanah.
Ø Pupuk Kandang :
Pupuk yang berupa kotoran padat
dan cair dari hewan, kotoran ini dapat tercampur dengan sisa-sisa makanan,
jerami.
Fungsi :
1. Menambah
kandungan bahan organik atau humus.
2. Memperbaiki
sifat fisik tanah, struktur, daya mengikat air dan porositas tanah.
3. Meningkatkan
kesuburan tanah dengan menambah unsur hara tanaman, memperbaiki kehidupan
mikroorganisma tanah.
4. Melindungi
tanah terhadap kerusakan karena erosi.
Waktu
Pemupukan
Waktu
pemupukan Tergantung dari :
1.
Kebutuhan dan respon tanaman.
·
Tanaman kurang subur: pemupukan lebih
cepat, lebih banyak.
·
Tanaman berumur muda sudah di panen.
2.
Kelarutan dan macam pupuk.
·
Pupuk mudah larut ( N ) Urea :
Setelah tanaman di panen
·
Pupuk kandang : Pemberian pupuk dasar, saat
penggaruan atau sehari sebelum tanam / saat tanam.
3. Keadaan Iklim.
·
Diperlukan air pelarut yang cukup tapi
tidak berlebihan.
·
Pemupukan dilakukan bila tanah lembab
jangan banyak hujan / kering.
·
Tanaman tahunan pada akhir musim
kemarau dan awal musim hujan.
Cara Pemupukan :
Ø Di sebar dengan Urea
Pemberian pupuk, setelah panen.
Ø Dialiri oleh kotoran langsung
menuju ke Lahan HMT
Pemberian pupuk dasar, saat
penggaruan atau sehari sebelum tanam / saat tanam.
Pemupukan
Agar tanaman hijauan pakan ternak yang kita tanam
produksinya dapat tinggi,maka tanaman tersebut perlu dipupuk. Pupuk yang
diberikan pada tanaman hijauan pakan ternak dapat berupa pupuk organik dan an
organik. Yang termasuk pupuk organik misalnya:pupuk kandang, kompos,
dedaunandan lainlain. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk kimia (pupuk
buatan pabrik).Memupuk adalah memberikanbahan-bahan yang diperlukan oleh tanah,
dengan tujuan menambahunsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Memupuk adalah memelihara atau
memperbaiki kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Waktu
pemupukan tanaman hijauan pakan ternak dapat dilakukan secara bersamaan pada
saat pengolahan tanah. Apabila pemupukan dilakukan bersamaan dengan waktu
pengolahan tanah, maka pupuk yang digunakan sebaiknya adalah pupuk kandang/
pupuk kompos atau pupuk hijau. Apabila memupuk tanaman hijauan pakan ternak
menggunakan pupuk kimia, sebaiknya dilakukan pada saat tanaman sedang mengalami
fase pertumbuhan vegetatif (terbentuknya akar, batang dan daun).
Sumber
: Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·
Melakukan pemanenan
Pemanenan
Pemanen
rumput ini menggunakan sistem Pemotongan (soiling) → dipotong dan dibawa ke
kandang (cut and carry). Rumput dapat tumbuh kembali setelah dipanen maka perlu
pengaturan pemanenan rumput secara rotasi, sehingga tetap dipertahankan
kelestarian tanah dan tanamannya. Sistem
rotasi tersebut dapat di atur sesuai dengan kapasitas mesin potong tersebut,
dengan tetap memperhatikan pertumbuhan kembali dengan cara mengistirahatkan
dalam waktu tertentu, sampai rumput tersebut dapat di panen kembali. Umumnya defoliasi rumput pada musim hujan
lebih pendek interval defoliasinya dibandingkan musim kemarau. Untuk musim hujan minimal interval pemotongan
30-40 hari dan musim kemarau minimal 50-60 hari.
Pemanenan
Pemotongan atau pemanenan merupakan kegiatan
pengambilan bagian-bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah, baik
yang dilakukan oleh manusia ataupun oleh renggutan ternak. Pemotongan atau
pemanenan akan mempengaruhi pertumbuhan kembali hijauan pakan ternak yang
bersangkutan. Semakin sering hijauan pakan ternak dipanen atau dipotong semakin
lambat pertumbuhannya karena cadangan makanan yang berupa karbohidrat yang
berada didalam akar atau bagian tanaman yang
tertinggal semakin berkurang. Waktu panen yang tepat untuk tanaman hijauan
pakan ternak yang berupa rumput adalah pada saat fase pertumbuhan vegetatif
menjelang generatif (menjelang berbunga). Karena pada saat fase pertumbuhan ini
kandungan serat kasarnya tidak terlalu tinggi, dan kandungan proteinnya
cukup tinggi. Protein sangat diperlukan bagi
pertumbuhan ternak ruminansia. Untuk menjamin pertumbuhan kembali hijauan pakan
ternak yang telah dipanen, sekaligus untuk menjamin kebutuhan gizi atau protein bagi ternak
sesuai dengan jenis hijauan pakan, umur dan tingkat produksinya, pemanenan atau
pemotongan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kapasitas dan daya tampung lahan. Waktu
dan periode pemotongan yang optimum sangat bervariasi tergantung dari jenis
hijauan pakan yang ditanam, iklim atau musim hujan yang ada, dan kesuburan
lahan yang ada. Semakin subur suatu lahan dan terpenuhuinya akan kebutuhan air
serta jenis hijauan yang mempunyai adaptasi yang tinggi maka waktu dan periode
pemotongan semakin cepat. Cara pemanenan atau pemotongan hijauan pakan ternak
yang berupa rumput : a. Gunakanlah alat yang tajam, jangan menggunakan alat
yang berkarat atau tumpul. Karena alat yang tumpul dan berkarat dapat menyebabkan
tanaman luka, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian tanaman tersebut.
b. Pemangkasan atau pemotonglah hijauan pakan tersebut kurang lebih
10-15 cm dari permukaan tanah
c. Pemangkasan atau pemotonglah hijauan pakan ternak sebaiknya pada
posisi miring
Setelah tanaman rumput atau hijauan pakan ternak dipanen, sebaiknya dilakukan
:
a. Pembersihan tunggul atau tunggak dari semak-semak atau gulma yang menutupi.
b. Pemupukan dengan pupuk organic (kandang/kompos)
c. Penyiraman lahan hijauan
Sumber
: Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
·
Memotong dan
mencacah hijauan
Pemotongan
dan pencacahan hijauan dilakukan agar mempermudah ternak untuk mengkonsumsi
hijauan dan tidak meninggalkan sisa-sisa hijauan yang terlalu banyak. Serta
batang hijauan nya jga di senangi ternak, sehingga batang hijauan tidak
terbuang banyak. Kegiatan ini menggunakan alat yang di sebut coper.
7.
Melaksanakan
Kegiatan Penagawetan Hijauan
a.
Membuat silase
·
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untukmembuat silase
·
Memilih
bahan hijauan yang akan dibuat silase
·
Menimbang
bahan yang akan dibuat silase
·
Melakukan
pembuatan silase sesuai prosedur kerja yang di tetapkan
·
Menyimpan
hasil proses kegiatan pada tempat yang benar
KETERANGAN
:
Di UPT PT dan HMT
Karangwaru Tuban, dulu pernah ada pembuatan silase dan kemudian berhenti pada
tahun 2009. Saat dipimpin oleh Bapak Drh. Budiyanto
Factor nya adalah :
-
Karena
serangan hama tikus
-
Kurang
nya sumber daya manusia (SDM)
-
Tempat
yang kurang memadahi
Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan
dalam keadaan segar, dengan kadar air sekitar 60-70%, dalam suatu tempat yang
disebut silo. Silo adalah tempat penyimpanan hijauan pakan ternak yang dapat
dibuat di dalam atau diatas tanah. Bahan pembuatan silo pada umumnya terbuat
dari tanah, beton, baja, papan, bilik bamboo. Ada beberapa bentuk silo yang digunakan
untuk menyimpan silase
antara lain:
1.6.2.1 Tower Silo
Adalah silo yang berbentuk bangunan silinder,
tegak seperti menara, terbuat dari besi atau beton.
1.6.2.2 Pit Silo (Silo Berbentuk
Sumur)
Silo ini dibentuk ditempat yang kering, agar
tidak mudah kebanjiran dan adanya rembesan air tanah. Diameter silo ini dibuat
dengan diameter agak lebar, dengan tujuan untuk memudahkan pada saat pengisian
dan pengeluaran hijauan yang disimpan.
1.6.2.3 Trence Silo (Parit Memanjang
Di Tanah)
Silo ini dibuat berbentuk parit memanjang dibawah
permukaan tanah dan pada umumnya berdinding miring, lantai diperkuat dengan
bata atau batako, demikian pula
dindingnya.
1.6.2.4 Stack Silo (Silo Berdinding
Belahan Papan/Pagar Papan)
Cara ini kurang dianjurkan, karena masih terjadi
kontak udara luar, sehingga kualitas silase kurang baik. Untuk meningkatkan
kualitas silase, maka silo ini perlu ditutup rapat dengan plastik sebelum
hijauan dimasukkan.
1.6.2.5 Silo Kantong Plastic
Apabila bahan silase yang akan dibuat jumlahnya
sedikit, maka proses pembuatan silase dapat dilakukan didalam kantong plastik. Ada
beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan silo antara lain:
a. Kapasitas atau ukuran harus disesuaikan dengan
hijauan pakan yang diawetkan.
b. Tempat silo tidak terlalu jauh dari kandang.
c. Dasar silo dibuat miring kesatu sisi.
1.6.3 Proses Pembuatan Silase
Hijauan yang sudah
siap di panen yaitu pada saat pertumbuhan vegetative menjelang generatif,
dipotong menggunakan alat sabit, setelah itu hijauan dikumpulkan, di angkut di
simpan di tempat dekat dengan silo. Hijauan tersebut kemudian diangin-anginkan terlebih
dahulu sebelum dibuat silase. Hijauan yang sudah diangin-anginkan kemudian
dipotong dengan menggunakan alat coper, dengan ukuran 3-5 cm. Hijauan yang telah dipotongpotong, dicampur
dengan salah satu bahan pengawet (seperti: tetes, dedak, menir, tepung jagung
atau bahan pengawet lainnya) dengan perbandingan tertentu. Seandainya
menggunakan bahan pengawet berupa tetes gunakan 3 kg tetes per 100 kg hijauan.
Sedangkan untuk bahan pengawet dedak halus gunakan 5-6 kg per 100 kg hijauan. Bahan
pengawet tepung jagung 3 kg per 100 kg hijauan dan untuk bahan pengawet menir
kurang lebih 3,5 kg per 100 kg hijauan pakan ternak yang akan dibuat silase.
Ciri-ciri silase yang baik adalah:
a. Baunya asam segar
b. Warnanya hijau seperti daun/ sedikit hijau tua
c. Tektur tidak berubah dan tidak menggumpal
d. Tidak berjamur dan berlendir
Sumber
: Priyo Nugroho Caturto tahun :2008
8.
Melaksanakan
Pemerahan
a.
Melakukan Kegiatan
Pemerahan
·
Menjelaskan
Prosedur Pemerahan
v Sanitasi kandang dan
ternak
v Ambing dan puting
harus bersih
v Puting harus di bersihkan
sebelum di perah
v Memastikan puting
yang aktif (tidak terkena mastitis dan air susunya tidak pecah)
v Setelah selesai di
perah, di beri desinfektan yodium Providon (½ lt : 5 lt air)
v Menakar produksi
susu per ekor. Pada saat pagi dan sore
·
Melakukan Proses
Pemerahan
v Pemerahan
Teknik pemerahan
sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) dan
dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi, 1996).
ü . Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu :
4.
Metode full hand
(seluruh jari)
Pemerahan
dengan menggunakan seluruh jari biasanya dilakukan pada sapi yang mempunyai
ambing dan puting yang panjang dan besar. Pemerahan dilakukan dengan cara
puting dipegang antara ibu jari dengan jari telunjuk pada pangkal puting
menekan dan meremas pada bagian atas, sedangkan ketiga jari yang lain menekan
dan meremas bagian tubuh puting secara berurutan, hingga air susu memancar
keluar dan dilakukan sampai air susu dalam ambing habis (Abubakar, et. al.,
2009).
5.
Metode knevelen
Cara
pemerahan knevelen adalah pemerahan dengan menggunakan seluruh tangan. Cara ini
mirip dengan cara full hand, tetapi ibu jari ditekuk saat menekan bagian atas
puting, sehingga bagian punggung ibu jari yang menekan puting. Cara ini juga
digunakan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil. Semua cara pemerahan
dengan tangan, pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting
ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan
radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009)
6.
Metode strippen
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.
ü Pemerahan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Mesin yang di gunakan dalam pemerahan adalah mesin perah portable
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Mesin yang di gunakan dalam pemerahan adalah mesin perah portable
·
Menampung Hasil
Pemerahan Sesuai Prosedur
v Pertama-tama, hasil
pemerahan susu di takar (Liter)
v Masukkan susu ke
dalam milkcan
v Catat hasil produksi
susu sapi perekor nya ke dalam buku recording produksi susu
v Susu di bawa ke
loket penjualan
v Susu di takar
kembali dan di bungkus per liter
v Susu di jual pada
konsumen langsung, yaitu pada pukul 05.00 & 13.00
·
Menerapkan Sanitasi
Peralatan Pemerahan
v Pertama, masak air
sampai hangat-hangat kuku
v Semprot peralatan
perah dengan air
v Cuci peralatan perah
menggunakan sabun
v Bilas sampai bersih
v Terakhir, peralatan perah
di bilas dengan air hangat.
.Analisis Usaha Sapi Perah
Dari data yang kami peroleh dari peternakan UPTPT
dan HMT Karangwaru - Tuban,
Asumsi:
-Populasi :
24 ekor
-Harga beli sapi :
Rp. 15.000.000,-/ekor
-Biaya kandang :
Rp. 10.000.000,-
-Luas kandang :
15 m x 6 m
-Pemeliharaan :
12 bulan / 1 tahun
-Pakan :
~Hijauan
:
30 kg x Rp. 150,- x 24 ekor x 365 hari
:
Rp.39.420.000,-
:
~Konsentrat
:
4 kg x Rp. 2.400,- x 24 ekor x 365 hari
:
Rp. 84.096.000
-Produksi susu :
8,27 liter / hari
-Kelahiran pedet/tahun :
15 ekor
-Masa laktasi :
10 bulan / 305 hari
-Harga afkir sapi :
Rp. 6.000.000,-
-Suku bunga :
7%/tahun
A.
Input Tetap
1.
Biaya Kandang
-
Biaya pembuatan kandang : Rp. 10.000.000,-
-
Masa ekonomis (JUE) : 5 tahun
-
Masa pakai periode : 1 tahun
-
Nilai sisa (NS) : Nb x 10%
: Rp. 10.000.000,- x 10%
: Rp. 1.000.000,-
-
Penyusutan kandang : (Nb – NS) x periode
JUE
:
(10.000.000 – 1.000.000)x1
5
:
Rp. 1.800.000,-
-
Bunga modal kandang : Nb + NS x r ( suku bunga)
2
: 10.000.000 + 1.000.000 x 7%
2
: Rp. 385.000,-
2.
Pembelian Sapi
-
24 ekor @
15.000.000 :
Rp. 360.000.000,-
-
Masa ekonomis (JUE) : 9 tahun
-
Masa pakai periode : 1 tahun
-
Nilai Sisa (NS) : @ 6.000.000x 24
ekor
: Rp
144.000.000,-
-
Penyusutan sapi : (Nb – NS)xPeriode
JUE
:
(360.000.000 – 144.000.000)x1
9
:
Rp. 24.000.000
-
Bunga Modal (BM) : Nb + NS x r (suku
bunga)
2
: 360.000.000 + 144.000.000x 7%
2
: 252.000.000 x 7%
: Rp. 17.640.000,-
3.
Biaya APTL (Alat Produksi Tahan Lama)
-
Milk can 15 L x 10 buah @ Rp1.500.000,-: Rp. 225.000.000,-
-
Karpet sapi 24 buah @ Rp. 550.000,- : Rp.
13.200.000,-
-
Milk machine : Rp. 18.000.000,-
-
Alat ukur : Rp.
3.000.000,- +
: Rp. 259.200.000,-
-
Masa Ekonomis (JUE) : 10 tahun
-
Masa Pakai Periode : 1 tahun
-
Nilai Sisa (NS) : Nb x 10%
: Rp. 259.200.000 x 10%
: Rp. 25.920.000,-
-
Penyusutan APTL : Nb – NS x 1
JUE
: 259.200.000 – 25.920.000 x 1
10
: Rp 23.328.000,-
-
Bunga Modal :
Nb + NS x r (suku bunga)
2
: 259.200.000 + 25.920.000 x 7%
2
: Rp. 9.979.200,-
à Total Penyusutan :
penyusutan kandang + penyusutan sapi +
penyusutan APTL
: 1.800.000 + 24.000.000
+ 23.328.000,-
: Rp.49.128.000,-
àTotal Bunga Modal :
BM kandang + BM sapi + BM APTL
:
385.000 + 17.640.000 + 9.979.200
:
Rp.28.004.200,-
àTotal Input Tetap :
total penyusutan + total BM
:
49.128.000,- + 28.004.200
:
Rp.77.132.200,-
B.
Input Variabel
1.
Pakan
-
Hijauan :
Rp. 39.420.000,-
-
Konsentrat :
Rp. 84.096.000,-
2.
Obat-obatan :
Rp . 1.800.000,-
3.
BBM Rp. 50.000/bulan : Rp. 600.000,-
4.
Listrik :
Rp. 1.200.000,-
5.
TK 4 orang @25.000/hr x 365h hr :
Rp 36.500.000,-
6.
Biaya tak terduga : Rp. 1.000.000,-
7.
APTL
-
Sabit 1 buah @Rp. 50.000,- : Rp. 50.000,-
-
Tambang 10 @5.000 : Rp 50.000,-
-
Timba 4 buah @Rp. 45.000,- :
Rp. 180.000,-
-
Kain saring 2@ 50.000 :
Rp. 100.000,-
-
Selang 25 meter @ 7500 : Rp. 187.500
-
Sikat :
Rp. 10.000,-
-
Sapu :
Rp 15.000,-
-
Skrop : Rp 30.000
-
Garuk 2 @ 25.000 :
Rp. 50.000,-
-
agro :
Rp. 360.000,- +
: Rp.
165.648.500,-
Total Input :
Input Tetap + Input Variabel
:
77.132.200 +
5.648.500

:
Rp.242.780.700,-
C.
Analisa Output
1.
Output Utama
Jumlah total susu : 8,27 L x 305 hari (10 bulan produksi, 2 bulan kering) x
24 ekor
:
60.536.4 L
:
60536.4 L x Rp. 5.000,-
:
Rp. 302.682.000,-
2.
Output Sampingan
-
Penjualan pedet 15 ekor @Rp. 2.000.000,- : Rp. 30.000.000,-
-
Penjualan kompos 10 ret@Rp. 60.000,- :
Rp 600.000,- +
Rp. 30.600.000,-
Output Total :
Output utama + Output Sampingan
:
302.682.000 + 30.600.000
:
Rp. 333.282.000,-
D.
Analisa Income
1.
Saldo Usaha :
Output total – Input total
SU ( Keuntungan) :
333.282.000 – 242.780.700
:
( Rp.90.501.300,-)
Pendapatan Pengelola
PP :
333.282.000 – 452.732.700
:
( Rp.90.501.300,-)
Pendapatan Somah Tani :
PP + TKSP + BM
PST : 90.501.300
+ 24.000.000 + 28.004.200
: (Rp.142.505.500,-)
a.
O/I Ratio :
OT IV

:
Rp. 165.648.500,-
:
2,01
Kesimpulan
Dari
hasil analisa O/I ratio diatas didapat 2,01 artinya setiap penggunaan input variabel sebesar Rp. 1 akan mendapatkan output sebesar Rp. 2,01 sehingga usaha yang dilakukan layak untuk
dikembangkan.
Tabel 10 Neraca
Usaha Pemeliharaan Sapi Perah
No.
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
No.
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
1.
|
Input Tetap
|
Rp. 77.132.200
|
1.
|
Output Utama
|
Rp. 302.682.000
|
2.
|
Input Variabel
|
Rp. 165.648.500
|
2.
|
Output Sampingan
|
Rp. 30.600.000,-
|
3.
|
PP
|
(Rp.90.501.300)
|
|
|
|
TOTAL
|
Rp. 333.282.000
|
TOTAL
|
Rp. 333.282.000
|
2. BC Ratio (kelayakan usaha) : Keuntungan
Total Biaya Produksi

Rp. 165.648.500
: 0,5
3.
BEP (Break Event Point)
Asumsi
-
Input Tetap :
Rp. 77.132.200
-
Input Variabel : Rp. 165.648.500,-
-
Harga per liter susu : Rp . 5.000,-
Harga jual/unit : Input Total
Harga per liter susu
:
Rp. 452.732.700,-
Rp.5.000,-
:
90.546.54
Biaya variabel/unit : Input Variabel
Jumlah Produksi
Susu

8.7 x 305 hr x 24 ekor

63684 Liter
: Rp 2.600
Kesimpulan :
Dengan
demikian saya dapat mengetahui kapan saya tidak mendapatkan laba maupun rugi
atau titik impas, yaitu pada saat saya menjual sebanyak Rp. 2.600,-/liter.
3.3.
.
Masalah yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya
Tabel 11. Masalah
yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya
Tanggal
|
Masalah
|
Pemecahan
|
29-03-2013
|
-
Satu ekor pedet persilangan FH><Limousin mati mendadak.
-
Ada gumpalan bulu dan tali tampar di dalam pencernaan rumen
|
-
Pedet di bedah
-
organ dalam di periksa
-
mengambil sampel
-
di teliti di Lab. Keswan
|
13-04-2013
|
-
ada sapi FH mengalami patah tanduk
|
-
Tanduk di semprot dengan Gusanex
-
Tanduk Di olesi obat :
Penstrep & PK
-
Tanduk di lapisi kapas, lalu di perban
|
30-04-2013
|
-
Ada Satu ekor sapi FH yang tidak bias berdiri, karena terkena
abses pada bagian paha kiridan kanan, serta terdapat nanah pada sendi lutut
|
-
Pada penyakit abses, diolesi obat : Vaselin + Penstrep
-
Pada nanah di sendi lutut, di olesi dengan minyak tawon , agar
nanah dapat keluar
-
Karena penyakit yang menyerang pada sapi FH ini yang sudah di
obati, tetapi belum jga sembuh,maka sapi FH ini di jual.
|
BAB IV
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Demikian laporan praktek kerja usaha (PKU) pemeliharaan sapi perah
yang telah kami laksanakan di Dinas
UPTPT dan HMT Karangwaru - Tuban. Begitu banyak ilmu yang kita peroleh disini
yang dapat kita manfaatkan nantinya, antara lain :
a)
Kita dapat melatih dan mempraktikan semua
ilmu pengetahuan yang kami dapat dari sekolah
b)
Kami mendapat pengalaman praktek kerja
langsung di lapangan
c)
Menambah wawasan dan pengetahuan kami dalam
ilmu peternakan
d)
Kita dapat menambah pengetahuan berwirausaha
dalam bidang peternakan
Ø Saran
-
Bagi Siswa
a)
Hendaknya dapat menjalin kerja sama yang baik
b)
Hendaknya dapat tepat waktu pada saat pelaksanaan
kerja/PKU
c)
Penyusunan laporan hendaknya dikerjakan bersama
d)
Hendaknya tidak melakukan tindakan yang mengarah ke
hal yang negative
-
Bagi Sekolah
Dari pihak sekolah hendaknya sering mengontrol keadaan
siswa-siswi dilokasi PKU agar peserta PKU tidak melakukan tindakan yang
mengarah ke hal negative.
-
Bagi Peternak
a) Karyawan sering
memperhatikan dan memberikan penggarahan serta motivasi
b) Bagi pengelola
hendaknya harus ikut serta mengawasi peserta PKU pada saat dilapangan
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Mengamati dan Menilai Bentuk Fisik Bibit Sapi Perah
Tabel
2. Mebedakan Ternak Sehat dan Sakit
Tabel
3. Mengidentifikasi Jenis Penyakit
Tabel
4. Memberikan / Aplikasi Obat Sesuai Jenis Penyakit yang Menyerang
Tabel 5. Kebutuhan
nutrisi sapi perah untuk produksi susu 20 kg per hari
Tabel 6. kandungan
bahan pakan yang pakan
Tabel 7. Jenis-jenis
bahan pakan
Tabel 8. Jenis-jenis
bahan pakan
Tabel
9. Contoh jarak tanam
Tabel 10 Neraca Usaha Pemeliharaan Sapi Perah
Tabel
11. Masalah yang dihadapi PKU Dan Pemecahannya
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, T. B. Beternak
Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta, 1980.
M.
Aminul Wahib. Modul Reproduksi Ternak.Lamongan, 2001.
Cullision
Arthur , 1987, Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah untuk produksi susu 20 kg / Hari,Feed
and feeding
Anton, A. 2006. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009, Departemen Pertanian
Annida Online : http://www.ummigroup.co.id/ Selasa,
18 Januari 05
Anonimus, 2006. Statistik Pertanian 2006,
Pusat Data dan Informasi Deptan, Deptan.
Anonimus, 2007. http://www.depkop.go.id/sipp-kukm/
Caturto
Priyo N. 2008, AGRIBISNIS
TERNAK RUMINANSIA JILID 2, Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
http://
doc/manajemen-pakan-pada-sapi-perah, manual.kq5.org, 2004.
http://
informasi, babadanngancar.blogdetik.com, 2007.
http:// 12/perkandangan-sapi-perah.html, yurindadini.blogspot.com,
2009.
http:// jenis-kandang-sapi-berdasarkan-peruntukkannya,www.infoternak.com,
2009.