Wednesday, 18 January 2017

MANAJEMEN SAPI PERAH SECARA EKONOMIS

selamat datang di blog saya, disini saya akan menyampaikan sedikit ilmu tentang manajemen sapi perah secara ekonomis, disini juga, saya tulis berdasarkan hasil diskusi bersama teman-teman saya. jadi, dalam artikel ini ada banyak ilmu dari teman-teman saya mengenai manajemen sapi perah. untu lebih jelasnya, ayok kita simak artikel berikut ini.

Susu merupakan produk potensial di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih minimnya jumlah produksi susu sapi dalam negeri, sekitar 30% produksi susu sapi yang dihasilkan dalam negeri tidak seimbang dengan jumlah susu sapi yang di impor dari luar negeri sekitar 70%. Yang menjadi permasalahan yang vital dalam peternakan sapi perah di Indonesia adalah umumnya skala peternakan merupakan peternakan rakyat dengan jumlah kepemilikan 9 sampai 10 ekor, selain itu manajemen pemeliharaan peternakan rakyat yang masih bersifat tradisional mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan seperti manajemen pakan yang kurang akan berdampak terhadap produksi susu dan manajemen reproduksi yang kurang diperhatikan juga akan berdampak terhadap masa laktasi. Dari beberapa permasalahan tersebut akan berdampak panjang terhadap pendapatan peternak, beberapa alasan mengapa pendapatan peternak di Indonesia masih rendah diantaranya adalah

1.       Biaya produksi yang tinggi
Biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga jual susu yang tinggi pula, karena harga susu yang diharapkan peternak harus sesuai dengan hargan produksi, missal pakan. Apabila biaya produksi tinggi akan tetapi harga susu masih tetap, inilah yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah.

2.       Kualitas susu yang tidak sesuai dengan standar, sehingga berpengaruh pada harganya
Kualitas susu harus selalu diperhatikan oleh peternak dalam mempertahankan kualitas susu yang diperoleh dan dapat memenuhi standar yang telah ditentukan oleh koperasi, apabila kualitas susu tidak sesuai dengan standar, maka susu akan ditolak oleh koperasi. Apabila dijual, terpaksa dijual dengan harga yang murah atau dibawah harga normal susu.

3.       Produksi rendah
Produksi susu harus diproduksi secara maksimal, agar peternak dapat menambah pendapatannya dalam penjualan susu. Semakin tinggi produksi susu, semakin bertambah pendapatan peternak.

4.       Skala usaha kepemilikan yang masih sedikit
Skala usaha juga menentukan besar kecilnya pendapatan peternak dalam melakukan usaha agribisnis sapi perah. Semakin besar skala usahanya, semakin efektif dalam memaksimalkan sumber daya manusia agar bekerja secara maksimal. Missal 1 orang dapat memelihara sappi 10 ekor, apabila 1 orang itu hanya memelihara 5 ekor, maka biaya pekerja tidak dimanfaatkan secara maksimal.

5.       System budidaya
System budidaya harus dilaksanakan dengan baik, agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. System budidaya yang dulakukan dalam suatu usaha agribisnis sangat menentukan dalam memperoleh produksinya.

6.       Jejaring agribisnis
Permasalahan peternak dalam lapangan salah satunya adalah dalam pasar, karena peternak kesulitan dalam mencari pasar dan peternak belum memiliki daya tawar yang tinggi, dimana peternak dapat menentukan harga susu, atau mampu mengolah produknya menjadi suatu barang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

7.       Pengelolaan pasca panen
            Pengolahan diperlukan saat susu dari peternak ditolak oleh koperasi. Susu yang ditolak dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan susu seperti krupuk susu, caramel susu, susu kental manis, stick susu, dan lainnya.

Harga susu terbentuk dari kualitas dan kuantitas susu. Harga susu ditentukan oleh IPS (industri Pengolahan Susu) dengan menetapkan harga maksimal susu. Kelemahan dari peternak kita adalah pasar, sehingga dapat dimanfaatkan oleh IPS dalam penentuan harganya.
Harga tinggi disebabkan semakin banyaknya rantai pemasaran, sehingga ada pembagian keuntungan pada masing-masing unit dalam rantai pemasaran itu, dan peternak tidak memperhatikan kualitas susu. Di level produsen dalam penyediaan bahan mentah, harganya akan berbeda lagi sesuai dengan kualitas susu yang diperoleh.
Ketidakseimbangan antara pendapatan dengan biaya pengeluaran menyebabkan  rendahnya pendapatan peternak. Ada 3 unsur dalam usaha sapi perah yaitu (No Calff, No Milk, No Money). Apabila sapi tidak menghasilkan pedet, dan tidak menghasilkan susu, maka peternak tidak akan mendapatkan uang(pendapatan).  Kita harus memperhatikan keseimbangan dalam komposisi ternak yaitu menghasilkan pedet dengan produksi. Sehingga, pada masa laktasi harus bergiliran agar pada ternak pada masa kering, ada sapi yang menghasilkan susu dan petani akan mendapatkan susu secara terus menerus dari masa lakstasi yang bergiliran. Perlu manajemen yang baik dalam mengatur agar ketersediaan susu yang diperoleh akan terus menerus(stock selalu ada).
Komposisi dalam agribisnis ternak yaitu sapi laktasi 60% dan sapi tidak laktasi 40%. Apabila membeli bakalan sapi perah, sebaiknya membeli sapi dara yang bunting disertai dengan data recording hasil PKB dari inseminator, agar memastikan bahwa bakalan itu benar-benar bunting. Perlu adanya pergantian sapi yang mengalami penurunan kondisi atau tidak produktif lagi. Apabila sapi tidak terserang penyakit, produksi normal dan manjemen yang baik, maka dalam pemeliharaan untuk mendapatkan produksi dapat mencapai umur 10 tahun.
Replacement stock bertujuan untuk sutainabilitas produksi susu sepanjang tahun, angka rplacement setidaknya sebanyak 20% dari total populasi, asumsi 2% mortalitas dan 18% culling penyakit. Perlu memperhatikan 3 cara dalam melakukan replacement (pergantian sapi yang tidak produktif) yaitu.

1. Membesarkan sendiri
Pemeliharaan pedet pengganti induk di berikan susu secara intensif selama 6 bulan, dengan perbandingan 6, 5, 4, 3, 2, 1. Semakin lama semakin sedikit dalam pemberian susu induknya dan pemberian induk perbulan semakin sedikit dari bulan pertma sampai bulan ke-6. Produksi susu dipengaruhi oleh pakan, iklim, dan manjemen

2. melakukan kontrak dengan breeder
Harus disertai data yang jelas, agar dalam pemilihan lebih tepat dan sesuai dengan apa yang kita diinginkan. Usaha ini dapat mengurangi resiko dalam pemilihan calon pengganti pedet

3.   Membeli dara dari luar / peternak
Harus disertai dengan riwayat  ternak itu, missal penyakit apa yang pernah dialami, Akan tetapi kurang pasti dalam mengetahui data recording ternak itu.

Kondisi factual tentang replacement peternakan rakyat.
1.       Peternak hanya melihat dari eksteriornya saja tanpa dilihat dari kapasitas produksi susunya

2.       Peernak tidak melihat apakah dara / indukan yang dibeli merupakan indukan-indukan yang baik untuk dikembangkan. 

Nah, dari artikel diatas kita dapat mengetahui mengapa peternak mengalami pendapatan yang rendah sampai kondisi faktual tentang replacement peternakan rakyat. kalau ada kritik dan saran, silahkan isi di kolom komentar. saya menghaapkan ada nya sarang yang membangun sehingga dapat slaing berbagi pengalaman. terima kasih. sampai jumpa lagi....






Tuesday, 17 January 2017

Prolapsus Uteri Pada Sapi

MAKALAH
KESEHATAN TERNAK
PROLAPSUS UTERI PADA TERNAK




Oleh
Syira Zulkahfi








SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2016


                         KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prolapsus Uteri Pada Ternak” guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pedesaan. Makalah ini membahas mengenai ilmu kesehatan ternak terutama prolapsus uteri.
           Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis   mohon maaf jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini baik dalam penulisan gelar, isi maupun bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran positif untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua, terima Kasih.



Malang, 25 November 2016



          Penulis






                                          DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ I
Daftar Isi............................................................................................................ II
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3  Tujuan............................................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................. 3
2.1.    Prolapsus Uteri......................................................................... 3
2.2.    Penyebab Prolapsus Uteri..................................................... 3
2.3.    Gejala Prolapsus Uteri............................................................ 3
2.4.    Waktu Ternak Terserang Prolapsus Uteri............................ 4
2.5.    Penanganan Prolapsus Uteri................................................ 4
Bab III Pembahasan........................................................................................ 5
3.1      Prolapsus Uteri......................................................................... 5
3.2      Penyebab Prolapsus Uteri..................................................... 5
3.3      Gejala Prolapsus Uteri............................................................ 6
3.4      Waktu Ternak Terserang Prolapsus Uteri............................ 7
3.5      Penanganan Prolapsus Uteri................................................ 7
Bab IV Penutup................................................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 9
4.2 Saran............................................................................................. 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 11




BAB I
PENDAHULUAN
1.1         LATAR BELAKANG
Prospek peternakan di Indonesia masih sangatlah banyak, dikalangan masyarakat peternakan yang masih dijadikan sebagai usaha sampingan, tentu membuat potensi peternakan yang besar, sehingga perlu perlakuan yang tepat agar ternak dapat berproduksi maksimal. Dalam pelaksanaan perawatan ternak, tak lepas dari reproduksi ternak itu sendiri.
Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2010.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) retensio sekundinarium (ari-ari tidak keluar), (2) distokia (kesulitan melahirkan) (3) abortus (keguguran), dan (4) kelahiran prematur/sebelum waktunya.
Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
1.2         RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.            Apa yang dimaksud prolapsus uteri?
2.            Apa penyebab terjadinya prolapses uteri
3.            Apa saja gejala prolapsus uteri?
4.            Kapan ternak dapat terkena prolapsus uteri?
5.            Bagaimana cara mengobati ternak yang terkena prolapsus uteri?

1.3         TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.            Mengenal penyakit prolapsus uteri
2.            Mengetahui penyebab terjadinya prolapses uteri
2             mengetahui gejala prolapsus uteri
3             Mengetahui waktu ternak dapat terkena prolapsus uteri?
4             Mengetahui Bagaimana cara mengobati ternak yang terkena prolapsus uteri



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.6.        PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri (broyong) adalah kondisi dimana rahim (uterus) ternak betina keluar dari tubuh pada saat ternak betina tersebut merejan. Kondisi ini akan selalu berulang kecuali dengan penanganan yang cermat. (Toelihere 2008) Menambahkan bahwa Prolapsus uteri adalah mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total ada pula yang sebagian. Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa jam sesudah itu. Predisposisi terhadap prolapsus uteri menurut Toeliehere (1985) adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, atonik dan mengendur, retensi plasenta pada apek uterus bunting dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan.
2.7.        PENYEBAB PROLAPSUS UTERI
Penyebab Prolapsus Uteri:
1. Ternak selalu dikandangkan.
2. Tingginya hormon estrogen.
3. Tekanan intra abdominal saat berbaring
4. Kelainan genetik.
5. Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan.
Menurut Toeliehere (1985) Prolapsus uteri sering terjadi pada sapi yang sudah sering partus dan hewan yang telah berumur tua dan makanan yang kurang baik selama hewan itu dipelihara dalam kandang, menyebabkan keadaan ligamenta penggantung uterus menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali ke posisi sebelum bunting.
2.8.        GEJALA PROLAPSUS UTERI
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri adalah sebagai berikut.
1.  Nafsu makan dan minum turun.
2.  Ternak gelisah.
3.  Ternak biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang.
4.  Selaput fetus dan atau selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran atau gumpalan darah.
5.  Uterus biasanya membesar dan udematus terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
2.9.        WAKTU TERNAK TERSERANG PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri terdi pada saat ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga yang berlebihan, sehingga uterus ikut keluar dari posisi normal.
2.10.     PENANGANAN PROLAPSUS UTERI
Tindakan pencegahan prolapsus uteri
1.  Membuat desain lantai kandang yang tidak terlalu miring.
2.  Ternak di exercise (ternak di umbar).
3.  Kontrol manajemen pakan sehingga ternak yang bunting tidak mengalami kegemukan
4.  Jangan memelihara ternak yang pernah mengalami kejadian prolaps vagina atau rektal pada saat bunting.
Penanganan prolapsus uteri
Penanganan secara teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi dari bagian depan. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptika sedikit. Uterus direposisi. Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM) atau terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner. Jahitan vulva dibuka dalam waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut servik sudah menutup rapat dan tidak memungkinkan terjadinya prolapsus. Penyuntikan antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang mengalami prolaps ke posisi normalnya.



BAB III
PEMBAHASAN
3.1.    PROLAPSUS UTERI
Prolapses uteri merupakan pembalikan uterus, vagina dan servik, menggantung keluar melalui vulva. Penyebabnya adalah hewan selalu dikandangkan, tingginya estrogen, tekanan intra abdominal saat berbaring maupun genetik. Pada keadaan prolaps partial, organ masuk ke saluran reproduksi seperti semula saat berdiri namun bila terjadi secara total maka organ akan tetap menggantung keluar meskipun dalam keadaan berdiri.
Prolapse uteri sering terjadi pada ternak yang memiliki konstruksi kandang yang rendah kebelakang, sehingga memungkinkan saluran reprosuksi ternak mengalami prolapsus uteri, Karena terbiasa menekan tulang pelvis untuk membuka dan terjadilah prolapsus uteri. Prolapsus uteri termasuk penyakit yang terjadi setiap ternak melahirkan. Hal ini terjadi saat kondisi foetus yang sudah keluar, akan tetapi hormon esterogen masih memicu terjadi nya kontraksi yang terus menerus yang mengkibatkan uterus keluar.
3.2.    PENYEBAB PROLAPSUS UTERI
Penyebab Prolapsus Uteri:
1. Ternak selalu dikandangkan.
2. Tingginya hormon estrogen.
3. Tekanan intra abdominal saat berbaring
4. Kelainan genetik.
5. Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan.
Hal ini dapat terjadi berdasarkan penyebab prolapsus uteri yang telah disebutkan sering terjadi pada lapangan adalah konstruksi lantai belakang kandang lebih rendah dari lantai depan, memang akan lebih mudah dalam sanitasi, aan tetapi apabila terlalu besar sudut nya, maka prolapsus uteri akan terjadi. Sehingga tinggi kemiringan maksimal 5-15 cm atau membentuk sudut 50.
Selain kemiringan, factor hormonal juga berpengaruh, pemberian pakan yang sembarangan dapat memicu tubuh ternah untuk menghasilkan hormone esterogen daam jumlah yang banyak, sehingga pada saat proses melahirkan / partus, sapi akan terus merejan, dan apabila merejan terus menerus, akibatnya adalah prolapsus uteri. Kita harus selalu memperhatikan konstruksi kandang dan factor lainnya, agar tingkat atau prosentase terjadinya prolapsus uteri akan seminimal mungkin.
3.3.        GEJALA PROLAPSUS UTERI
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri adalah sebagai berikut.
1.  Nafsu makan dan minum turun.
2.  Ternak gelisah.
3.  Ternak biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang.
4.  Selaput fetus dan atau selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran atau gumpalan darah.
5.  Uterus biasanya membesar dan udematus terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
Gejala yang sering terjadi dilapangan adalah pada saat melahirkan posisi uterus bergeser kebelakang menempel foetus, sehingga uterus ikut keluar bersama foetus. Dapat dilihat pada gambar berikut.



  
Nampak jelas uterus yang keluar dari vulva ternak, sehingga uterus menggantung. Apabila gejala ini terus dibiarkan, maka uterus akan mudah untuk dimasukkan kembali, Karen uterus ang terkena udara akan mengembang dari ukuran normal, sehingga dalam memasukkan nya perlu bebeapa orang agar uterus dapat kembali masuk.
3.4.     WAKTU TERNAK TERSERANG PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri terdi pada saat ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga yang berlebihan, sehingga uterus ikut keluar dari posisi normal. Jadi, setiap induk itu bunting dibarengi dengan merejan yang terus menerus, kemungkinan ternak itu akan mengalami prolapsus uteri. Apabila kejadian ini terjadi terus menerus pada ternak tertentu, maka besar kemungkinan, ternak itu akan mengalami prolapsus terus menerus.
3.5.        PENANGANAN PROLAPSUS UTERI
Tindakan pencegahan prolapsus uteri
1.  Membuat desain lantai kandang yang tidak terlalu miring.
2.  Ternak di exercise (ternak di umbar).
3.  Kontrol manajemen pakan sehingga ternak yang bunting tidak mengalami kegemukan
4.  Jangan memelihara ternak yang pernah mengalami kejadian prolaps vagina atau rektal pada saat bunting.
Penanganan prolapsus uteri
Penanganan secara teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi dari bagian depan. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptika sedikit. Uterus direposisi. Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM) atau terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner. Jahitan vulva dibuka dalam waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut servik sudah menutup rapat dan tidak memungkinkan terjadinya prolapsus. Penyuntikan antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang mengalami prolaps ke posisi normalnya.
Ini adalah sebuah penanganan darurat untuk kasus prolapsus uteri yang sering terjadi apabila peralatan dan obat yang terbatas.
1.    Siapkan air bersih.
2.    Sediakan sekitar 4 buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)
3.    Siapkan alkohol.
4.    Siapkan jarum jahit/ 1 set alat jahit (kalau tidak ada, pakai jarum karung dan tali rafia -semuanya dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%).
5.    Cuci alat reproduksi yang keluar dengan air bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya.
6.    Tekan mulut vagina dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah.
7.    Jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali rafia.
8.    Letakkan ternak pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang
9.    Usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar.
10.  Injeksi dengan vitamin A, D, E, K serta prepaat calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc).
11.  Beri ternak makan dan minum secukupnya.
12.  Setelah 3 - 4 hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering, tali rafia boleh dilepaskan
.




BAB  IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan hasil pembahasan adalah sebagai berikut.
Prolapses uteri merupakan pembalikan uterus, vagina dan servik, menggantung keluar melalui vulva. Prolapse uteri sering terjadi pada ternak yang memiliki konstruksi kandang yang rendah kebelakang, sehingga memungkinkan saluran reprosuksi ternak mengalami prolapsus uteri, Karena terbiasa menekan tulang pelvis untuk membuka dan terjadilah prolapsus uteri
Penyebab Prolapsus Uteri adalah ternak yang selalu dikandangkan denga konstruksi kandang yang tidak sesuai seperti lantai belakang kandang lebih rendah dari lantai depan melebihi 50, tingginya hormone esterogen, tekanan intra abdominal saat berbaring, kelainan genetik.
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri adalah nafsu makan dan minum turun, ternak gelisah, ternak biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang, selaput fetus dan atau selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran atau gumpalan darah, dan Uterus biasanya membesar dan udematus terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
Waktu ternak terserang prolapsus uteri pada saat ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga yang berlebihan, sehingga uterus ikut keluar dari posisi normal
Penanganan secara teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi dari bagian depan. Letakkan ternak pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang, usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar, dan injeksi dengan vitamin A, D, E, K serta prepaat calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc).



4.2  SARAN
Kurangnya referensi dalam penulisan makalah, seingga masih belum mengkaji permasalahan di Indonesia tentang penyakit prolapsus uteri. Untuk pembaca, penulis mengharapkan adanya kritikan yang membangun, agar dalam penulisan selanjutnya akan lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati D. et all. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan  Gangguan Reproduksi  Pada Sapi Potong. Pasuruan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Saputro T. 2015. Prolapsus Uteri (Broyong) Pada Ternak. http://www. Ilmu ternak.com/2015/03/prolapsus-uteri-broyong-pada-ternak.html.
Anonymous. 2015. Cara Mengatasi Broyong Pada Ternak. http://www. gedangsari.com/cara-mengatasi-broyong-pada-ternak.html