MAKALAH
KESEHATAN TERNAK
PROLAPSUS UTERI PADA
TERNAK
Oleh
Syira Zulkahfi
SEKOLAH
TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN
(STPP) MALANG
BADAN
PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN
PERTANIAN
2016
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prolapsus
Uteri Pada Ternak”
guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pedesaan. Makalah ini membahas
mengenai ilmu kesehatan ternak terutama prolapsus uteri.
Seperti pepatah “Tak ada gading yang
tak retak”, maka penulis mohon maaf
jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini baik dalam
penulisan gelar, isi maupun bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan adanya
masukan berupa kritik dan saran positif untuk perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua, terima Kasih.
Malang, 25 November 2016
Penulis
Kata Pengantar................................................................................................ I
Daftar Isi............................................................................................................ II
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
Bab II
Tinjauan
Pustaka................................................................................. 3
2.1. Prolapsus Uteri......................................................................... 3
2.2. Penyebab Prolapsus Uteri..................................................... 3
2.3. Gejala Prolapsus Uteri............................................................ 3
2.4. Waktu Ternak Terserang Prolapsus Uteri............................ 4
2.5. Penanganan Prolapsus Uteri................................................ 4
Bab III
Pembahasan........................................................................................ 5
3.1
Prolapsus
Uteri......................................................................... 5
3.2
Penyebab
Prolapsus Uteri..................................................... 5
3.3
Gejala
Prolapsus Uteri............................................................ 6
3.4
Waktu
Ternak Terserang Prolapsus Uteri............................ 7
3.5
Penanganan
Prolapsus Uteri................................................ 7
Bab IV Penutup................................................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 9
4.2 Saran............................................................................................. 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Prospek
peternakan di Indonesia masih sangatlah banyak, dikalangan masyarakat
peternakan yang masih dijadikan sebagai usaha sampingan, tentu membuat potensi
peternakan yang besar, sehingga perlu perlakuan yang tepat agar ternak dapat
berproduksi maksimal. Dalam pelaksanaan perawatan ternak, tak lepas dari
reproduksi ternak itu sendiri.
Keberhasilan
reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun
kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai
adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas
induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet,
sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging
secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong
dalam rangka mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2010.
Gangguan
reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) retensio sekundinarium
(ari-ari tidak keluar), (2) distokia (kesulitan melahirkan) (3) abortus
(keguguran), dan (4) kelahiran
prematur/sebelum waktunya.
Prolapsus
uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan
otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi
tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan
menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina,
sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter.
Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang
membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,
reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa
yang dimaksud prolapsus uteri?
2.
Apa
penyebab terjadinya prolapses uteri
3.
Apa
saja gejala prolapsus uteri?
4.
Kapan
ternak dapat terkena prolapsus uteri?
5.
Bagaimana
cara mengobati ternak yang terkena prolapsus uteri?
1.3
TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.
Mengenal
penyakit prolapsus uteri
2.
Mengetahui
penyebab terjadinya prolapses uteri
2
mengetahui
gejala prolapsus uteri
3
Mengetahui
waktu ternak dapat terkena prolapsus uteri?
4
Mengetahui
Bagaimana cara mengobati ternak yang terkena prolapsus uteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.6.
PROLAPSUS
UTERI
Prolapsus uteri (broyong) adalah kondisi dimana rahim (uterus) ternak
betina keluar dari tubuh pada saat ternak betina tersebut merejan. Kondisi ini
akan selalu berulang kecuali dengan penanganan yang cermat. (Toelihere 2008)
Menambahkan bahwa Prolapsus uteri adalah mukosa uterus keluar dari badan
melalui vagina secara total ada pula yang sebagian. Prolapsus atau pembalikan
uterus sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa jam
sesudah itu. Predisposisi terhadap prolapsus uteri menurut Toeliehere (1985)
adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, atonik dan
mengendur, retensi plasenta pada apek uterus bunting dan relaksasi daerah
pelvis yang berlebihan.
2.7.
PENYEBAB
PROLAPSUS UTERI
Penyebab Prolapsus Uteri:
1. Ternak selalu dikandangkan.
2. Tingginya hormon estrogen.
3. Tekanan intra abdominal saat berbaring
4. Kelainan genetik.
5. Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah
daripada bagian depan.
Menurut Toeliehere (1985) Prolapsus uteri sering terjadi pada
sapi yang sudah sering partus dan hewan yang telah berumur tua dan makanan yang
kurang baik selama hewan itu dipelihara dalam kandang, menyebabkan keadaan
ligamenta penggantung uterus menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali ke
posisi sebelum bunting.
2.8.
GEJALA
PROLAPSUS UTERI
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri
adalah sebagai berikut.
1. Nafsu makan dan minum
turun.
2. Ternak gelisah.
3. Ternak biasanya
berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang.
4. Selaput fetus dan atau
selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami,
kotoran atau gumpalan darah.
5. Uterus biasanya membesar dan udematus terutama
bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
2.9.
WAKTU
TERNAK TERSERANG PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri terdi
pada saat ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga yang berlebihan, sehingga
uterus ikut keluar dari posisi normal.
2.10.
PENANGANAN
PROLAPSUS UTERI
Tindakan pencegahan prolapsus uteri
1. Membuat desain lantai
kandang yang tidak terlalu miring.
2. Ternak di exercise
(ternak di umbar).
3. Kontrol manajemen pakan
sehingga ternak yang bunting tidak mengalami kegemukan
4. Jangan memelihara ternak yang pernah mengalami
kejadian prolaps vagina atau rektal pada saat bunting.
Penanganan prolapsus uteri
Penanganan secara
teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm
lebih tinggi dari bagian depan. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai
kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus
dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptika sedikit. Uterus direposisi.
Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml
intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM) atau
terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner.
Jahitan vulva dibuka dalam waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut servik sudah
menutup rapat dan tidak memungkinkan terjadinya prolapsus. Penyuntikan
antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi
uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang
mengalami prolaps ke posisi normalnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1. PROLAPSUS UTERI
Prolapses
uteri merupakan pembalikan uterus, vagina dan servik, menggantung keluar
melalui vulva. Penyebabnya adalah hewan selalu dikandangkan, tingginya
estrogen, tekanan intra abdominal saat berbaring maupun genetik. Pada keadaan
prolaps partial, organ masuk ke saluran reproduksi seperti semula saat berdiri
namun bila terjadi secara total maka organ akan tetap menggantung keluar
meskipun dalam keadaan berdiri.
Prolapse
uteri sering terjadi pada ternak yang memiliki konstruksi kandang yang rendah
kebelakang, sehingga memungkinkan saluran reprosuksi ternak mengalami prolapsus
uteri, Karena terbiasa menekan tulang pelvis untuk membuka dan terjadilah
prolapsus uteri. Prolapsus uteri termasuk penyakit yang terjadi setiap ternak
melahirkan. Hal ini terjadi saat kondisi foetus yang sudah keluar, akan tetapi
hormon esterogen masih memicu terjadi nya kontraksi yang terus menerus yang
mengkibatkan uterus keluar.
3.2.
PENYEBAB PROLAPSUS
UTERI
Penyebab Prolapsus Uteri:
1. Ternak selalu dikandangkan.
2. Tingginya hormon estrogen.
3. Tekanan intra abdominal saat berbaring
4. Kelainan genetik.
5. Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah
daripada bagian depan.
Hal ini dapat terjadi berdasarkan penyebab prolapsus uteri yang
telah disebutkan sering terjadi pada lapangan adalah konstruksi lantai belakang
kandang lebih rendah dari lantai depan, memang akan lebih mudah dalam sanitasi,
aan tetapi apabila terlalu besar sudut nya, maka prolapsus uteri akan terjadi. Sehingga
tinggi kemiringan maksimal 5-15 cm atau membentuk sudut 50.
Selain
kemiringan, factor hormonal juga berpengaruh, pemberian pakan yang sembarangan
dapat memicu tubuh ternah untuk menghasilkan hormone esterogen daam jumlah yang
banyak, sehingga pada saat proses melahirkan / partus, sapi akan terus merejan,
dan apabila merejan terus menerus, akibatnya adalah prolapsus uteri. Kita harus
selalu memperhatikan konstruksi kandang dan factor lainnya, agar tingkat atau
prosentase terjadinya prolapsus uteri akan seminimal mungkin.
3.3.
GEJALA
PROLAPSUS UTERI
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri
adalah sebagai berikut.
1. Nafsu makan dan minum
turun.
2. Ternak gelisah.
3. Ternak biasanya
berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung kebelakang.
4. Selaput fetus dan atau
selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami,
kotoran atau gumpalan darah.
5. Uterus biasanya membesar dan udematus terutama
bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
Gejala
yang sering terjadi dilapangan adalah pada saat melahirkan posisi uterus
bergeser kebelakang menempel foetus, sehingga uterus ikut keluar bersama
foetus. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Nampak
jelas uterus yang keluar dari vulva ternak, sehingga uterus menggantung.
Apabila gejala ini terus dibiarkan, maka uterus akan mudah untuk dimasukkan
kembali, Karen uterus ang terkena udara akan mengembang dari ukuran normal,
sehingga dalam memasukkan nya perlu bebeapa orang agar uterus dapat kembali
masuk.
3.4. WAKTU TERNAK TERSERANG PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri terdi pada saat
ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga yang berlebihan, sehingga uterus ikut
keluar dari posisi normal. Jadi, setiap induk itu bunting dibarengi dengan
merejan yang terus menerus, kemungkinan ternak itu akan mengalami prolapsus
uteri. Apabila kejadian ini terjadi terus menerus pada ternak tertentu, maka
besar kemungkinan, ternak itu akan mengalami prolapsus terus menerus.
3.5.
PENANGANAN
PROLAPSUS UTERI
Tindakan pencegahan prolapsus uteri
1. Membuat desain lantai
kandang yang tidak terlalu miring.
2. Ternak di exercise
(ternak di umbar).
3. Kontrol manajemen pakan
sehingga ternak yang bunting tidak mengalami kegemukan
4. Jangan memelihara ternak yang pernah mengalami
kejadian prolaps vagina atau rektal pada saat bunting.
Penanganan prolapsus uteri
Penanganan secara
teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm
lebih tinggi dari bagian depan. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai
kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus
dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptika sedikit. Uterus direposisi.
Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml
intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM) atau
terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner.
Jahitan vulva dibuka dalam waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut servik sudah
menutup rapat dan tidak memungkinkan terjadinya prolapsus. Penyuntikan
antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi
uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang
mengalami prolaps ke posisi normalnya.
Ini adalah sebuah penanganan darurat untuk kasus prolapsus uteri
yang sering terjadi apabila peralatan dan obat yang terbatas.
1. Siapkan air bersih.
2. Sediakan sekitar 4
buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)
3. Siapkan alkohol.
4. Siapkan jarum jahit/
1 set alat jahit (kalau tidak ada, pakai jarum karung dan tali rafia -semuanya
dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%).
5. Cuci alat reproduksi
yang keluar dengan air bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum
disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi
itu kedalam sampai masuk seluruhnya.
6. Tekan mulut vagina
dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah.
7. Jahit luka sobeknya
dengan jarum dan tali rafia.
8. Letakkan ternak pada
alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang
9. Usahakan ternak
berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar.
10. Injeksi dengan vitamin
A, D, E, K serta prepaat calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc).
11. Beri ternak makan dan
minum secukupnya.
12. Setelah 3 - 4 hari
biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering, tali rafia
boleh dilepaskan
.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan hasil
pembahasan adalah sebagai berikut.
Prolapses uteri merupakan pembalikan uterus, vagina
dan servik, menggantung keluar melalui vulva. Prolapse
uteri sering terjadi pada ternak yang memiliki konstruksi kandang yang rendah
kebelakang, sehingga memungkinkan saluran reprosuksi ternak mengalami prolapsus
uteri, Karena terbiasa menekan tulang pelvis untuk membuka dan terjadilah
prolapsus uteri
Penyebab Prolapsus Uteri adalah ternak yang selalu dikandangkan denga
konstruksi kandang yang tidak sesuai seperti lantai belakang kandang lebih
rendah dari lantai depan melebihi 50, tingginya hormone esterogen, tekanan intra abdominal
saat berbaring, kelainan genetik.
Gejala klinis/ Tanda-tanda Prolapsus Uteri adalah nafsu makan dan minum
turun, ternak gelisah, ternak biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri
dengan uterus menggantung kebelakang, selaput fetus dan atau selaput mukosa
uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran atau
gumpalan darah, dan Uterus biasanya membesar dan udematus terutama bila kondisi
ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
Waktu ternak
terserang prolapsus uteri pada saat ternak itu melahirkan, dan dengan tenaga
yang berlebihan, sehingga uterus ikut keluar dari posisi normal
Penanganan secara
teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm
lebih tinggi dari bagian depan. Letakkan ternak pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih
rendah dari kaki belakang, usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas,
ternak tidak dapat memutar, dan injeksi dengan vitamin A, D, E, K serta prepaat
calcium (misalnya Calidex - su ctan sebanyak 25 cc).
4.2 SARAN
Kurangnya referensi dalam penulisan
makalah, seingga masih belum mengkaji permasalahan di Indonesia tentang
penyakit prolapsus uteri. Untuk pembaca, penulis mengharapkan adanya
kritikan yang membangun, agar dalam penulisan selanjutnya akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati D. et all. 2007. Petunjuk Teknis
Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Saputro T. 2015. Prolapsus Uteri
(Broyong) Pada Ternak. http://www. Ilmu ternak.com/2015/03/prolapsus-uteri-broyong-pada-ternak.html.